Lihat ke Halaman Asli

Menyemai Kembali Benih Proklamasi

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14085463042039549528

Setelah penantian dua tahun, perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69 di SMKN 23 Jakarta akhirnya dapat terlaksana. Dalam beberapa tahun sebelumnya, perayaan HUT RI belum dapat dilaksanakan karena bertepatan dengan bulan Ramadan. Pada perayaan tahun ini sudah selayaknya disambut gembira oleh seluruh warga SMKN 23 Jakarta mengingat 17 Agustus 1945 sebagai momentum lahirnya bangsa Indonesia. Tak menutup kemungkinan, seluruh warga Indonesia pun merayakannya dengan suka cita sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas izin-Nya pula kita bisa menikmati kemerdekaan hingga saat ini. Lantas, bagaimana sikap kita mengisi dan mempertahankan kemerdekaan?

Perjalanan bangsa Indonesia menuju sampai saat ini merupakan suatu proses panjang dan bukanlah hal yang mudah. Segala bentuk pengorbanan para pahlawan nasional, proklamator, serta kesungguhan seluruh warga Indonesia dalam memerdekakan bangsanya perlu dimaknai secara khusyuk. Sebagaimana semboyan “JAS MERAH” (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) yang digaungkan presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada HUT RI 17 Agustus 1966. Dalam semboyan tersebut, beliau mengamanatkan kepada seluruh warga Indonesia bahwa salah satu indikator menjadi bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati para pahlawannya. Untuk itu, sejarah dapat dijadikan sebagai medium untuk mengintrospeksi dan memotivasi diri kita sebagai generasi penerus bangsa agar menjadikan bangsa Indonesia berdaulat di mata dunia.

Salah satu bentuk introspeksi yang dapat dilakukan adalah mengevaluasi segala kejadian dengan mendasarkan pengalaman dan catatan masa lalu. Sebagai contoh, setiap perayaan HUT RI kita selalu menyanyikan salah satu lagu nasional yang berjudul “Hari Merdeka” buah karya Husein Mutahar. Dalam lagu tersebut, kita diingatkan kembali untuk tetap setia dan sedia dalam mempertahankan dan membela negara tanpa terkecuali. Di sisi lain, mungkin tak banyak yang mengenal beliau. Untuk itu, penting pula bagi kita mengetahui sosok Husein Mutahar sebagai salah satu tokoh komponis musik Indonesia yang telah menyumbangkan karya populer, seperti hymne Syukur, mars Hari Merdeka, dan hymne Pramuka. Dengan demikian, kemerdekaan kita saat ini bukanlah dimaknai sekadar peringatan melainkan cermin atas kesungguhan dari para pendahulu.

Tantangan Global Vs Tantangan Nasional

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diakui dunia, maka tugas kita tidak lain adalah mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, motivasi sangat dibutuhkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik terutama dalam menghadapi tantangan global seperti Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asean Economic Community (AEC) 2015. Tantangan tersebut mentransformasikan ASEAN menjadi kawasan bebas aliran barang, jasa, investasi, permodalan dan tenaga kerja. Sekilas, hal tersebut dapat menjadi ancaman sekaligus peluang bagi diri kita untuk membenahi diri. Bayangkan apabila produk asing, investasi asing, tenaga kerja asing bersaing dengan kemampuan mental Indonesia yang masih dijuluki sebagai negara berkembang.

Tidak hanya itu, tantangan nasional pun perlu diwaspadai seperti masih dijumpai masyarakat Indonesia yang terpecah belah karena perbedaan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) atau bahkan perbedaan ideologi. Dalam hal ini, rasa persatuan dan kesatuan sebagaimana ideologi bangsa Indonesia yakni pancasila sila ketiga, “Persatuan Indonesia” perlu dimaknai kembali dalam peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia. Untuk itu, program kesiswaan SMKN 23 Jakarta mengadakan kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-69 bertemakan: “Dengan Semangat Proklamasi Kita Tingkatkan Ketahanan Nasional Menghadapi Tantangan Global melalui Paduan Suara (Lagu Nasional dan Lagu Daerah) dan Peraturan Baris Berbaris (PBB)”.

Semarak HUT RI ke-69 di SMKN 23 Jakarta

Persiapan panitia dalam kegiatan HUT RI ke-69 yang diketuai oleh Bapak Drs. Ranu Yudono selaku guru Penjasor dapat dikatakan relatif singkat. Hal ini disebabkan pelaksanaannya bersamaan dengan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang masih berlangsung. Dengan alokasi waktu hanya tersisa dua hari dari pelaksanaan lomba yang jatuh pada tanggal 14 dan 15 Agustus 2014 mau tak mau seluruh peserta berlatih dengan kerendahan hati. Dalam hal ini setiap siswa berlatih tentang nilai-nilai dalam karakter bangsa, seperti: kedisiplinan, tanggung jawab, patuh dan kekompakkan. Seluruh siswa SMKN 23 Jakarta dapat berperan aktif melalui dua rangkaian kegiatan, yakni lomba (1) Paduan Suara (Lagu Nasional dan Lagu Daerah), dan (2) Peraturan Baris Berbaris (PBB). Adapun peserta kegiatan ini adalah kolaborasi antarkelas dalam satu jurusan sehingga diperoleh sembilan peserta dari tiga jurusan (Administrasi Perkantoran “AP”, Akuntansi “AK”, dan Pemasaran “PM”) dimulai dari tingkat kelas X, XI, hingga XII. Pada akhirnya, kegiatan ini diharapkan membuahkan hasil yang positif dengan mengimplementasikan nilai-nilai karakter bangsa tidak hanya pada saat lomba tetapi dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari terutama bagaimana siswa memimpin dirinya di tengah-tengah masyarakat.

Bagi kesembilan peserta, kegiatan ini dapat dikatakan pengalaman pertama mereka berpartisipasi dalam memeriahkan HUT RI di SMKN 23 Jakarta. Uniknya, selama kegiatan perlombaan berlangsung seluruh peserta tidak canggung mengerahkan semangat kebangsaan dalam memberikan penampilan terbaiknya. Mereka seolah membuktikan bahwa kesungguhan yang terlahir dari suatu individu pada akhirnya melebur menjadi kolektivitas tim demi menjadi yang terbaik. Terbukti dengan capaian kelas XII AK yang dinobatkan sebagai juara umum dalam Lomba Paduan Suara dan Peraturan Baris Berbaris. Untuk menjadi yang terbaik mereka bersaing dengan XII AP dan XII PM serta keenam peserta lainnya. Meski kelas XII mendominasi sebagai pemuncak tiga besar, tak menutup kemungkinan peserta lainnya akan bersungguh-sungguh memperbaiki penampilannya dalam kesempatan yang mendatang.

Pelaksanaan Upacara Bendera HUT RI ke-69 (17/8) di SMKN 23 Jakarta berlangsung dengan tertib dan lancar. Salah satu yang berperan penting memandu jalannya upacara dengan khidmat adalah Nur Hasanah, siswa kelas XII AP 2 yang ditunjuk sebagai pemimpin upacara. Adapun petugas lainnya pun mampu bekerja dengan penuh tanggung jawab hingga akhir upacara. Sementara itu, tak banyak pula siswa yang berguguran seperti upacara pada umumnya. Terlebih, ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan oleh seluruh peserta yang dipermanis dengan iringan organ Bapak Drs. Ranu Yudono semakin menambah kecintaan kita terhadap tanah air Indonesia.

Kepala SMKN 23 Jakarta, Bapak Drs. Rianto Ritonga, M.M selaku Pembina Upacara membacakan sambutan pidato dari Kepala Dinas Pendidikan Jakarta terkait peringatan Kemerdekaan RI ke-69 dengan tegas dan persuasif. Beliau berpesan bahwa salah satu usaha konkret dalam mengisi dan mempertahankan kemerdekaan adalah dengan belajar. Tanpa belajar, bangsa Indonesia akan tersisih di kancah dunia. Oleh karena itu, generasi muda sepatutnya bersyukur sedalam-dalamnya atas anugerah kemerdekaan yang telah diraih serta mengisinya dengan belajar dan giat bekerja sesuai profesi masing-masing.

Usai pelaksanaan Upacara Bendera dalam HUT RI ke-69, Wakil Kesiswaan, Dra. Ninik Muryani selaku guru PKN memberikan tiga amanat penting terkait pelaksanaan lomba dan makna kemerdekaan baik secara khusus kepada siswa dan bangsa Indonesia pada umumnya. Pertama, pentingnya kebersamaan baik guru, orang tua, maupun siswa dalam menanamkan nilai-nilai perjuangan sebagaimana dicontohkan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan. Kedua, dalam rangkaian perlombaan (Paduan Suara dan PBB) tidak terlepas dari nilai karakter bangsa seperti: cinta tanah air, kepemimpinan, kerja sama, tanggung jawab, dsb. Ketiga, nilai-nilai karakter bangsa tersebut perlu dipupuk secara dini dimulai dari diri sendiri, kelompok, dan secara bersama-sama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Melalui tulisan ini, penulis mengajak seluruh siswa untuk berpartisipasi penuh terutama mengisi kemerdekaan dengan berkarya. Salah satu langkah sederhana dalam berkarya adalah membiasakan membaca dan melahirkannya kembali dalam bentuk tulisan. Sebagaimana kalimat bijak yang disampaikan Sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer,

“Jika engkau ingin mengenal dunia, maka membacalah. Namun, jika engkau ingin dikenal oleh dunia, maka menulislah.”

Karyamu adalah sejarah yang mengabadikanmu!

Dirgahayu Indonesiaku!

M.H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline