Lihat ke Halaman Asli

Senang Nipu Teman (Seniman)

Diperbarui: 23 Desember 2022   13:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Senang Nipu Teman (seniman) "Konotasi" oleh : Maulana Hamzah 

17:45 Wib 

Masih petang.. 

Tiba di salah satu gallery seni tepat di utara alun-alun yogyakarta, bersama dengan, 'sebut saja teman' (bisa bermakna berbeda-beda pada tiap orang, sama halnya dengan tulisan dan lukisan ini, "konotasi"), aahh sudahlah... Bukan ini poinnya, persoalan privasi bukan menjadi konsumsi publik. 

Aktivitas menggambar dan melukis merupakan dua hal yang berbeda, baik dari konjungsi sampai pada suku kata, dalam studi linguistik disebut homonim. "Menggambar belum tentu menjadi salah satu lukisan, sebab seorang Arsitek pun mengarsir gambar yang di design nya. Kalimat itu saya serap dari salah satu seniman di Maluku Tenggara--yang berhasil ke London Ibu Kota Inggris dengan sebuah karya fenomenal nya yang ia sanjung-puji "Hanarun”, Bang Difinubun Fahd Muhammad akrab disapa At'tyo. 

Setiba di dalam gallery, saya dan teman tadi langsung melihat-lihat beberapa lukisan yang ada di tiap labirin gallery, sempat menikmati beberapa lukisan abstrak, saya pikir ini karya Vincent Willem van Gogh, seorang pelukis pascaimpresionis Belanda yang menjadi salah satu tokoh paling terkenal dan berpengaruh dalam sejarah seni di Barat, yang juga menjadi idola saya. Berhenti sampai disitu, mata teman saya melanglang buana ke beberapa lukisan, namun ada satu lukisan yang menarik alih perhatiannya dan kemudian ia pun melangkah mendekati lukisan itu. Terlihat ia sangat mengamati tiap-tiap goresan pada lukisan perempuan bergaun merah muda dengan senyum merona, namun di balik kecantikan dan gaun nan indah, terselip moncong senjata menjulur mengintip ke luar dari selah gaun. Lukisan berbahan dasar kanvas di timpa (Lilin merah membentuk gaun) "mungkin" bahan dasarnya, ”sempat ia mengajak saya berbincang mencari tahu bahan dasar lukisan yang ia sukai, Saya pun menjawab mungkin, sebab bahan dasar lukisan menjadi rahasia pelukis. Tak berhenti sampai disitu kami pun melanjutkan langkah menaiki tangga melihat lukisan lain di lantai dua. Sembari menikmati karya-karya seni yang terpampang artistik di tiap ruangan gallery, sempat kami mengabadikan momen dengan memotret beberapa karya. 

Beberapa menit kami habiskan dengan melihat dan mengagumi lukisan-lukisan di gallery, tak sadar waktu pun menunjukan pukul 18:54. Saat itu saya langsung mengarahkan pandangan ke tiap sudut dan ruang gallery, sambil mengamati aktivitas orang-orang yang tadi berkunjung, ternyata sudah banyak yang bergegas ke pintu keluar, “Tanpa sadar kami melangkah lagi menuju lantai satu di bawah, dan kemudian… 

Terlihat seorang pria berkacamata mengenakan topi Flat Cap, tampak seperti seorang seniman dari perawakannya, sepertinya ia pun ingin menghampiri kami dan memberitahu bahwa waktu berkunjung telah selesai, saya pun langsung menyambar dan membuka obrolan terlebihdulu, “Maaf mas, galerynya sudah mau tutup yaa?” Dengan langkah dan posisi berdiri yang kaku di antara kami, “Ia pun tersenyum tipis dan menjawab, “Iya mas”. Ehemm.., Sudah ku duga! 

Ternyata benar sudah mau tutup. Sesudah berbincang sesaat, saya mengucap sepatah kata dan langsung mengajak teman saya ke luar. 

Sebelumnya, sejak awal kami memasuki gallery, bukan hanya saya, bahkan teman saya pun sudah mengamati pria bertopi Flat Cap terlihat sangat aktif mondar-mandir berpindah room dengan beberapa orang disampingnya. Sambil melangkah ke luar, saya dan teman pun sambil bercerita dan mengulas kembali situasi di dalam gallery, dengan menyisipkan topik pembicaraan, sebelum menuju room lukisan ada beberapa keluarga yang datang berkunjung bersama, nampak seorang pria 50-tahun mungkin, dengan membawa kamera sonny lengkap dengan tripot terkesan oleh teman saya bahwa pria itu bagian dari jasa fotografer di gallery, tanpa tunggu lama, saya pun langsung menghampiri pria dengan kamera lengkap dengan tripot, dan langsung melayangkan senyum dan bertanya, “Permisi pak, jasa fotografer yaa?” Beliau pun menjawab dengan santun dan membalas dengan senyuman, Maaf mas, bukan :)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline