Lihat ke Halaman Asli

Maulana Haekal Noval Akbar

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Menghadapi Tantangan Identitas, Peran ITPM di Era Agile

Diperbarui: 6 September 2024   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Manajer proyek TI menavigasi konflik peran di Era Agile (Sumber: https://www.preparedfoods.com) 

Menghadapi Tantangan Identitas: Peran ITPM di Era Agile

Manajemen proyek dalam pengembangan Information System (IS) yang gesit telah mengalami transformasi signifikan seiring dengan semakin populernya metodologi agile. Berdasarkan artikel oleh Mueller et al. (2024), para Information Technology Project Manager (ITPM) kini harus beradaptasi dengan peran baru yang penuh dengan ketegangan identitas di tengah transisi dari struktur tata kelola tradisional ke pendekatan gesit. 

Artikel ini mengungkapkan bahwa sekitar 86% fungsi pengembangan perangkat lunak telah mengadopsi prinsip dan praktik agile, sementara 94% organisasi mengklaim mempraktikkan agile dalam beberapa bentuk (Digital.ai, 2021). Meskipun data ini mencerminkan penerimaan luas terhadap agile, ada keraguan yang terus berkembang tentang relevansi dan keberlanjutan peran ITPM dalam lingkungan kerja yang didominasi oleh tim otonom dan swakelola.

Penelitian ini menggarisbawahi ketegangan identitas yang dihadapi oleh ITPM yang bekerja dalam pengaturan proyek hibrida. Di satu sisi, ITPM tetap bertanggung jawab kepada manajemen puncak untuk memastikan pencapaian tujuan proyek, seperti kepatuhan anggaran dan ketepatan waktu. Namun, di sisi lain, mereka harus berhadapan dengan tim ISD (Information Systems Development) gesit yang memiliki otonomi penuh dalam pengambilan keputusan sehari-hari. 

Penulis artikel ini menggunakan teori identitas peran untuk mengidentifikasi aktivitas pekerjaan identitas yang dilakukan oleh ITPM untuk menavigasi ketegangan ini. Di tengah ketidakjelasan ini, ITPM berfungsi sebagai "boundary spanners" yang harus menjembatani kesenjangan antara struktur tata kelola tradisional dan gesit untuk mendorong transformasi digital.

Situasi ini menjadi semakin menantang mengingat kenyataan bahwa ITPM sering kali tidak memiliki deskripsi peran yang jelas dibandingkan dengan anggota tim gesit lainnya, seperti Scrum Master (SM) atau Product Owner (PO), yang memiliki tanggung jawab yang jelas dan tugas yang pasti. Kekosongan peran ini menciptakan ketidakpastian dan ketegangan yang bisa berdampak negatif pada kinerja proyek dan kesejahteraan individu ITPM. Dalam artikel ini, para penulis menyarankan pentingnya memahami bagaimana ITPM menghadapi ketegangan ini dan mengembangkan strategi yang lebih baik untuk mendukung mereka dalam lingkungan yang terus berubah.

###
 
Ketegangan identitas peran yang dialami oleh Information Technology Project Manager (ITPM) dalam konteks pengembangan sistem informasi gesit adalah refleksi dari perubahan mendasar dalam cara organisasi beroperasi dan mengelola proyek. Di satu sisi, ITPM bertanggung jawab terhadap manajemen puncak untuk memberikan laporan kemajuan, kepatuhan anggaran, dan penyampaian hasil sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Namun, dalam lingkungan tim gesit yang otonom, peran ini menjadi ambigu dan sering kali tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar agile yang menekankan kolaborasi tim tanpa hierarki yang jelas.

Data dari artikel Mueller et al. (2024) menunjukkan bahwa ketegangan ini diperparah oleh ekspektasi manajemen puncak yang tetap mengharapkan laporan berkala dari ITPM, meskipun dalam lingkungan yang sangat gesit. Ini menciptakan situasi "in-betweenness," di mana ITPM diharapkan untuk beroperasi secara simultan dalam dua logika tata kelola yang berbeda. Dalam kasus seperti ini, 70% dari ITPM yang diwawancarai merasa peran mereka diabaikan atau diartikan secara keliru oleh anggota tim gesit dan manajemen senior, yang sering kali menimbulkan friksi di antara kedua kelompok tersebut (Mueller et al., 2024).

Selain itu, menurut penelitian Digital.ai (2021), 86% dari fungsi pengembangan perangkat lunak telah mengadopsi prinsip dan praktik agile. Namun, adaptasi ini tidak serta-merta menghilangkan peran ITPM. Sebaliknya, peran mereka menjadi lebih kompleks karena harus menjembatani kesenjangan antara struktur yang gesit dengan struktur tradisional. 

Artikel ini mengungkapkan bahwa beberapa ITPM mencoba membentuk identitas peran baru dengan mengurangi keterlibatan mereka dalam kegiatan operasional sehari-hari dan lebih fokus pada peran fasilitator yang menghubungkan manajemen puncak dengan tim gesit. Mereka memfasilitasi komunikasi, memastikan manajemen atas memahami dinamika tim gesit, dan pada saat yang sama, melindungi tim dari tuntutan yang tidak sesuai dengan prinsip agile.

Sebaliknya, beberapa ITPM memilih untuk mempertahankan identitas peran mereka yang lama, dengan tetap memegang kendali penuh atas tugas-tugas tradisional seperti distribusi tugas dan pelaporan. Mereka berargumen bahwa pengurangan peran mereka dalam proyek justru dapat menyebabkan hilangnya fokus dan akuntabilitas, yang pada akhirnya dapat merugikan proyek itu sendiri. Bahkan, ada ITPM yang menganggap transformasi ini sebagai "penurunan pangkat" yang signifikan, merasa bahwa mereka kehilangan otoritas dan kontrol yang selama ini menjadi bagian penting dari pekerjaan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline