Lihat ke Halaman Asli

MaulanaZR

pengagum time line

Mengontrol Emosi dengan Teknik ERASE

Diperbarui: 18 Juli 2018   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terapi dengan teknik Emotion Release And Awarness Ascension (E.R.A.S.E) menjadi salah satu teknik melepas emosi. Bersosialisasi adalah hal lumrah dilakukan setiap manusia, sudah menjadi naluri memang. Namun tak jarang perlakuan orang lain tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, bahkan lebih buruk. Saat itulah emosi mengeluarkan potensinya, selanjutnya apa yang kamu lakukan, melampiaskannya? Emosi tak sejahat itu lho, kalua kita dapat mengontrolnya.

Karena emosi sendiri mempunyai arti bahwa perasaan itu berupa reaksi terhadap suatu kejadian ketika mereka senang, marah, ataupun takut. Segala perasaan itu dating dan pergi dengan waktu jeda yang beragam, yang jadi masalah ketika manusia mengalami emosi marah terhadap sesuatu.

Banyak cara yang dapat dilakukan, namun satu hal yang bias dilakukan berada dalam diri sendiri. Adalah menggunakan terapi teknik Emotion Release And Awarness Ascension (E.R.A.S.E). Menurut Adi Susanto, CCH dan Anthony Steven Hambali, CCH CT, penulis sekaligus Terapis E.R.A.S.E Mengatakan, teknik E.R.A.S.E  awalnya lahir dari sebuah pengamatan terhadap aplikasi teknik pelepasan emosi di Adi W Gunawan Institute of Mind Technology yang dikenal dengan teknik Hypno-EFT.

"Teknik Hypno-EFT adalah pengembangan lebih lanjut dan penyempurnaan dari teknik Emotional Freedom Technique (EFT) yang dikerjakan oleh Gary Craig. Dalam teknik E.R.A.S.E, ada sebagian kecil dari teknik Hypno-EFT yang kami adopsi ke dalamnya," kata Adi.

Seperti halnya sebuah bawang yang mempunyai berlapis-lapis kulit luar, teknik E.R.A.S.E membongkar emosi yang bersifat destruktif selayaknya fobia, maupun mendapati diri jatuh secara mental ke jurang kehampaan. Itu semua penyakit yang dengan menemukan penyebab hingga menemukan obat yang tepat.

Tak Jarang kita lupa atau tidak mengingat dengan jelas sebab emosi tersebut muncul. Entah karena terkubur lama atau kejadian tersebut sangat menyakitkan sehigga memori tersebut tanpa disadari "disembunyikan" sebagai bagian dari pertahanan diri. Tidak masalah bila memori tersebut tidak bermuatan emosi. Namun, bila memori tersebut bermuatan emosi yang intens, akan menjadi masalah besar.

Adi Susanto CCH melihat problema insan manusia kebanyakan, yang mempergunakan emosi bukan pada tempatnya. Menjadikan emosi destruktif sebagai alasan menghambat dirinya untuk berkembang. Jalan keluar ialah mencari penyelesaian dengan cara melepas emosi tersebut dapat dipelajari melalui buku ERASE.

Buku setebal 169 halaman ini tidak sekedar memberikan pemahaman kepada pembaca tentang emosi, penyebab serta pengaruhnya terhadap kehidupan. "Karena erase adalah terapi yang dapat dilakukan seorang diri, maka perlu sebuah panduan agar pembaca dapat praktik dengan baik. 

Karena itulah buku ini ada," jelas Adi. Ia berharap buku ini dapat memandu pembaca untuk mengenali masalah dan hal-hal yang membuat pembaca tidak nyaman, sekaligus memberikan jawaban bagi diri pembaca sendiri untuk melepaskan beban masa lalu dengan mempraktekkan teknik E.R.A.S.E agar dapat melangkah maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline