Lihat ke Halaman Asli

maula nisa

mahasiswa kesehatan

Manajemen Bencana sebagai Upaya Kesehatan Masyarakat

Diperbarui: 11 Agustus 2021   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENEJEMEN BENCANA SEBAGAI UPAYA PROMOSI KESEHATAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang secara geografis dan antropo sosial rawan bencana, baik bencana alam maupun bencana karena ulah manusia. Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia banyak mengalami bencana. Mengapa? Karena Indonesia dikelilingi oleh tiga lempengan tetonik yaitu lempengan Pasifik, lempengan Eurasia, dan lempangan Hindia-Australia. Kondisi ini menyebabkan Indonesia rawan aterhadap gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan beberapa jenis bencana tektonik lainnya. Potensi bencana alam dengan frekuensi yang cukup tinggi lainnya adalah bencana hidrometerologi, yaitu banjir, longsor, kekeringan, puting beliung dan gelombang pasang. Frekuensi bencana di Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun terakhir. Bencana ini mengancam seluruh wilayah indonesia dalam skala kecil maupun besar.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No. 24/2007).

(Sumber gambar: https://news.okezone.com/)

Bencana dapat merusakkan kehidupan keluarga dan melumpuhkan tatanan sosial. Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, potensial terjadi diskriminasi, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Selain hal tersebut bencana juga akan menyebabkan masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan penyakit yang lainnya.

Salah satu masalah yang sering ditemui dalam kondisi bencana adalah kesehatan korban. Bukan hanya pada saat kejadian, tetapi juga ketika mereka berada di pengungsian. Dengan keterbatasan di lokasi pengungsian, lalu bagaimana mereka tetap bisa menjalani hidup dengan sehat dan layak? Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak dan lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap pelayanan kesehatan dan pangan menjadi semakin berkurang. Air bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan dan banyaknya jumlah orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak tidak terurus karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini risiko dan penularan penyakit meningkat. Sehubungan dengan kondisi tersebut maka perlu dilakukan promosi kesehatan agar: (1) kesehatan dapat terjaga, (2) mengupayakan agar lingkungan tetap sehat, (3) memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, (4) anak dapat terlindungi dari kekerasan, (5) mengurangi stres.

Dalam masa tanggap darurat para pengungsi tinggal di barak-barak pengungsian. Kelompok usia lanjut (lansia) belum memiliki aktivitas yang dapat menghilangkan rasa bosan dan jenuh selama di pengungsian. Kelompok balita membutuhkan pemeriksaan kesehatan dan secara umum kelompok umur dewasa membutuhkan informasi kesehatan. Promosi kesehatan dalam keadaan bencana sangat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan para penyintas di barak pengungsian. Pelibatan pengunsi dalam kegiatan promosi kesehatan sangat diperlukan untuk menjamin keberlangsungan program.

Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman keluarga dan masyarakat untuk melakukan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di pengungsian, yaitu: (1) ASI terus diberikan pada bayi, (2) membiasakan cuci tangan pakai sabun, (3) menggunakan air bersih, (4) membuang air besar dan kecil di jamban, (5) membuang sampah pada tempatnya, (6) makan makanan bergizi, (7) tidak merokok, (8) memanfaatkan layanan kesehatan, (9) mengelola strees, (10) melindungi anak, dan (11) bermain sambil belajar.

Menejemen bencana sebagai upaya promosi kesehatan  merupakan sebuah langkah yang melihat situasi yang berapa di sekitar lokasi bencana sebagai objek untuk menerima promosi kesehatan. Disadari atau tidak, promosi kesehatan dalam situasi seperti itu dirasa lebih efektif dari pada promosi kesehatan dalam bentuk preventif.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline