Lihat ke Halaman Asli

Di Putihkan

Diperbarui: 30 Agustus 2015   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto http://energitoday.com/uploads//2015/01/1fca2983ea77c7a802c1ff68599b3bd8c.jpg

Setelah cukup lama absen menulis di kanal bola dan hanya pasif membaca saja, akhirnya timbul kembali keinginan untuk mencoba mengeluarkan uneg-uneg tentang sepakbola yang terus selalu ramai tanpa ujung.
Setelah pengurus PSSI dibekukan oleh pemerintah cq. Menpora yang berdampak dengan disuspend nya PSSI oleh FIFA maka muncul perlawanan dari pihak PSSI dan pendukungnya.

Saya mencoba mengikuti dan mengamati perlawanan PSSI dan pendukungnya, sepertinya ada beberapa pesan yang ingin disampaikan. Antara lain adalah bahwa dunia akan kiamat kalau sepakbola di Indonesia di suspend oleh FIFA, berapa biaya kerugian yang harus ditanggung oleh klub, bagaimana nasib pemain, pelatih dan efek dominonya. Yang pasti masih banyak lagi argumen yang diusung pengurus PSSI (yang telah dibekukan) termasuk juga semangat fanatisme para pendukung klub yang terkena dampak suspend FIFA.

Poin saya menulis ini bukanlah tentang hal-hal diatas tetapi adalah mencoba menarik benang merah yang belum terjawab selama ini.
Apakah benang merah itu? Kenapa pengurus PSSI dari periode ke periode selalu mencoba mempertahankan ke-kronian ataupun kelompoknya? Sudah jelas kroni dan kelompoknya adalah hanya itu-itu saja, putar sana putar sini tetap saja ya mereka-mereka lagi orangnya. Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa mereka sampai segarang dan sengotot itu? Ada apa sebenarnya?
Mungkin saja adalah karena mereka mencoba menutupi borok-borok masa lalu, bisa borok administrasi, borok laporan keuangan, borok kepengurusan, borok judi terselubung dan lain sebagainya.
Mungkin karena sudah mengguritanya permasalahan dan persekongkolan yang ada di PSSI selama ini maka mereka tampak ngotot dan garang saat PSSI dibekukan dan di suspend oleh FIFA.

Jika memang ini tidak dapat diselesaikan secara hukum (memang sulit tampaknya) mungkin lebih baik kebobrokan dan kesalahan PSSI masa lalu di "PUTIH" kan saja. Artinya ditutup buku masa lalunya, tidak diusut ataupun diungkit lagi tetapi harus dengan catatan bahwa mereka para mantan pengurus PSSI masa lalu ataupun yang baru lalu tidak boleh ikut campur lagi dalam permasalahan sepakbola ditingkat manapun dimasa mendatang dan disertai sangsi dan konsekuensinya.

Atau teman-teman punya pemikiran yang lain? monggo saja.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline