Lihat ke Halaman Asli

MatusBest

Santri

Kurangnya Minat Baca Santri

Diperbarui: 7 Juni 2023   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Assalamualaikum sahabat...

Iya, kalian yang ketika dipesantren menjadi adek kelas dan bawahan saya dalam hal lamanya nyantri. Kalian yang akhir tahun selalu hadir dengan gaya baru dan dengan sengaja meng-upload kegiatan setahun dengan alasan sebagai kenang-kenangan dan lain sebagainya. Kalian yang demam hp tidak berkesudahan, baik yang masih melanjutkan studi formal atau hanya nyalaf saja. Tapi ini tentang kalian, yang pada dasarnya kini tengah menjadi sorotan orang. 

Nyantri bukanlah suatu hal yang salah, bahkan nyantri atau anak pondokan adalah bukti bahwa ilmu dan ulama masih diagungkan dan sangat dibutuhkan di negara ini, namun perlu kita ketahui bahwa-anak pesantren yang hanya mengenyam pendidikan pesantren atau nyalaf saja akan memiliki sedikitnya beberapa perbedaan dengan santri yang juga mengkaji ilmu formal di bangku sekolah menengah atas ataupun bangku perkuliahan. Namun, dalam garis besarnya yang menjadi permasalahan disini adalah, minat baca para santri. 

Tidak diragukan lagi bahwa kitab kuning dan nadzom sudah menjadi makanan sehari-hari yang berseliweran didekat santri. Namun, membaca dalam artian membuka jendela ilmu umum memang agak sulit diterapkan didalam pesantren, kurangnya buku bacaan dan kurangnya minat baca membuat sebagian orang kehilangan masa emasnya dan juga masa pengenalannya pada buku bacaan sejak usia dini.

Kini, berbagai macam cara tengah diupayakan oleh pihak pesantren baik dari dalam maupun luar. Misalkan dengan mengadakan kejar paket yang bisa membantu santri tetap mendapatkan kesempatan memiliki ijazah kesetaraan. Kurangnya minat baca ini juga membuat santri sedikit ketinggalan jaman, memang... Berita dari luar tak semuanya dapat didengar oleh santri, apalagi pesantren dengan jumlah santri mencapai ribuan. 

Oleh karena itu, meskipun hanya dengan berlatih membaca kitab kuning dengan terjemahannya, dengan membaca buku biografi para tokoh-tokoh dan ulama, setidaknya akan membuat minat baca para santri sedikit meningkat. Ingat, membaca juga dapat memperluas wawasan, jadi tidak akan salah jika kita semakin rajin membaca, mengingat zaman yang semakin maju dan kebutuhan akan bahan bacaan akan semakin meningkat. Lagi, akan lebih baik jika memang kita mampu dan mau, maka menulislah dan terus menebar manfaat...

Jika alasan kita untuk tidak mau membaca adalah bahan bacaan yang kurang menarik, ilmu yang belum mumpuni dan malas, maka perhatikan dawuh berikut dan renungkanlah, semoga bermanfaat 

" Nang dunyo Iki raono wong bodho, tapi onone mung wong males" dawuhipun Agus Muhammad Hasan Payaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline