"Tak kenal, maka tak sayang."(pepatah Indonesia)
Ketika berbicara tentang keberagaman, kita sering membayangkannya sebagai kumpulan perbedaan. Namun, keberagaman bukan sekadar fakta; ia adalah peluang untuk saling belajar, memahami, melengkapi, dan bertumbuh. Ekskursi ke Pondok Pesantren Muhammadiyah Amanah di Tasikmalaya mengingatkan kami bahwa perbedaan tidak harus menjadi jurang, melainkan jembatan menuju harmoni. Perbedaan tidak menjadi pemisah antara sesama, namun menjadi keunggulan dan memperkaya.
Kesederhanaan yang Mengajarkan Kebahagiaan
Memasuki lingkungan pesantren, kami segera menyadari betapa berbedanya kehidupan mereka dibandingkan dengan keseharian kami di kota. Tidak ada ponsel, tidak ada media sosial, dan semua aktivitas terjadwal ketat dari pagi hingga malam. Pada awalnya, ini terasa asing dan mungkin membatasi, tetapi seiring waktu, kami melihat bagaimana rutinitas itu memberikan struktur dan makna bagi kehidupan mereka.
Kesederhanaan di pesantren tercermin dalam segala hal: dari cara mereka makan, duduk bersila di atas lantai kayu sederhana, hingga kehidupan di asrama yang minim fasilitas. Namun, di balik kesederhanaan itu, terdapat rasa kebersamaan yang kuat. Para siswa berbagi cerita, tawa, dan kerja sama dalam setiap aktivitas. Pengalaman ini membuat kami merenungkan kembali gaya hidup kami sendiri. Apakah kemewahan teknologi dan kenyamanan modern telah mengalihkan perhatian kami dari hal-hal yang benar-benar penting?
"Live simply so others may simply live."
(Mahatma Gandhi)
Kesederhanaan, kami sadari, bukan sekadar pilihan hidup, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.
Dialog dalam Keberagaman