Lihat ke Halaman Asli

Nauru: Negara Pulau Terkecil serta Tergemuk di Dunia

Diperbarui: 14 Juni 2024   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nauru, negara republik di tengah Samudera Pasifik, hanya berluaskan 21 km², dinobatkan menjadi negara dengan penduduk tergemuk di dunia. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Kisah ini berawal dari seorang ahli geologis asal Australia, Albert Ellis. Pada 1899, dalam perjalanannya mengeksplorasi Mikronesia, ia menemukan dataran Nauru. Ia menjelajahi dan menyadari bahwa Nauru diisi dengan hasil bumi yang sangat berharga, yaitu fosfat dengan kualitas tinggi yang berasal dari endapan kotoran hewan, khususnya dari burung Guano selama musim migrasi selama berabad-abad.

Saking berharganya, nilai dari fosfat Nauru selama abad ke-20 dapat dilihat sama dengan nilai emas. Hal itu disebabkan fungsi fosfat yang mampu meningkatkan upaya produktivitas dari hasil pertanian. 


Penambangan fosfat di Nauru (Sumber gambar: GNFI)

Awalnya Nauru berada dibawah dudukan Kekaisaran Jerman, hingga setelah Perang Dunia 1, Nauru berganti dicaplok oleh Australia, lalu diambil alih Jepang pada 1942, kembali lagi ke Australia pada 1945, dan akhirnya merdeka pada tahun 1968. Setelah bebas dari dudukan tangan asing, angin segar segera membawa Nauru ke atas awan. 

Fosfat membawa penduduk Nauru menuju masa keemasan, bahkan kekayaan Nauru mencapai PDB per kapita tertinggi di dunia pada tahun 1975, yaitu 176.000 USD,  jauh mengalahkan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat yang hanya berada di 44.000 USD(dihitung tingkat inflasi saat ini). 

Seperti roda berputar, masyarakat Nauru yang dulunya hidup miskin dan bekerja menjadi petani atau nelayan, berubah menjadi makmur dan keadaannya seperti utopia. Dengan penduduk yang berjumlah 7200 pada 1975, tidak ada satu orang pun di Nauru yang miskin. Negara memberikan subsidi di semua aspek kehidupan bagi seluruh rakyatnya, mulai dari kesehatan, transportasi, perumahan, biaya pendidikan universitas di luar negeri, bahkan tidak ada pajak yang diberikan pada rakyatnya. 

Saking segalanya diberikan gratis oleh negara, konsep bahwa orang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, tidak berlaku bagi masyarakat Nauru kala itu. Pekerjaan bukan menjadi kewajiban di sana, melainkan jadi pilihan tersendiri bagi rakyatnya. 

Sampai beberapa tahun setelahnya, merupakan hal yang lazim bagi penduduknya untuk menghamburkan uang dijalanan dan memiliki beberapa mobil sport dan mewah untuk dijadikan sebagai ajang balap atau dekorasi rumah. Budaya konsumtif seperti merasuki pikiran penduduk Nauru, uang menjadi seolah tak berharga, dan mereka berfoya-foya sesuka hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline