Lihat ke Halaman Asli

Kegagalan Komedi Satire Sandiaga Uno

Diperbarui: 9 September 2018   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Foto-foto unik beredar di media elektronik. Salah satunya foto sebuah tangan sedang memasukan sepotong tempe ke lubang mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Tentu tidak bisa masuk, karena ukuran tempe itu lebih tebal dibandingkan kartu ATM.

Gambar yang dimaksud adalah sebuah meme (baca: mim) untuk menyindir Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno, yang baru saja melontarkan pernyataan satire, yang mengatakan ukuran tempe sekarang setipis kartu ATM.

Ucapan itu disampaikan Sandiaga saat konferensi pers di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (7/9) malam.

Kalimat selengkapnya berbunyi begini: "Tempe sekarang sudah dikecilkan. Dan tipisnya sama kayak kartu ATM. Tahu Ibu Yuli di Duren Sawit, jualan tahu dikecilin karena tidak bisa menaikkan harga karena tidak akan laku karena daya belinya."

Sandiaga mengaitkan ukuran tempe tersebut dengan pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir ini.

Karuan saja pernyataan itu disambut dengan counter attack dari pihak-pihak yang berseberangannya. Berbagai jenis meme bermunculan, kritik dan narasi-narasi yang mengecam juga tak kalah gencar. Sandiaga Uno dinilai telah mendramatisir persoalan, karena yang diucapkan tidak sesuai dengan kenyataan.

Belum habis soal tempe, muncul lagi pernyataan kontroversialnya yang mengatakan ibu-ibu mengeluh, karena uang seratus ribu perak untuk belanja, hanya bisa membawa pulang cabe dan bawang.

Lagi-lagi Sandiaga diserang, meme bermunculan. Tidak sampai di situ, banyak yang membuat film pendek yang menggambarkan ibu-ibu berbelanja di pasar dengan uang Rp.100 ribu, ternyata yang bisa dibeli lebih banyak dari sekedar cabe dan bawang.

Dalam dua statement itu Sandiaga terkesan blunder. Ingin menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan kondisi perekonomian dan  kehidupan masyarakat saat ini, tapi ia tak menguasai persoalan.

Kalau bukan seorang Sandiaga Uno, ucapan seperti itu tidak akan menjadi heboh. Masyarakat kita sering mengucapkan kalimat-kalimat hiperbola (dilebih-lebihkan). Misalnya ketika menunggu angkutan umum atau seseorang, lalu yang ditunggu mengalami keterlambatan, bisanya akan nyeletuk, "Gila udah seharian, kagak muncul-muncul!"

Penyampaian kalimat hiperbola juga bisa menimbulkan dampak yang berbeda: bisa menyebalkan, tapi bisa juga menyenangkan buat pendengarnya. Apalagi bila yang menyampaikan memiliki sifat humoris atau melucu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline