Lihat ke Halaman Asli

Syamsul Fuad Harus Gigi Jari Melihat "Benyamin Biang Kerok"?

Diperbarui: 24 Maret 2018   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. (duniaku.net)

Sebagai orangtua yang sudah berumur 83 tahun, Syamful Fuad seharusnya sudah bisa duduk tenang di rumah menikmati hari tuanya. Apalagi salah satu karyanya, judul film "Benyamin Biang Kerok" kembali difilmkan oleh PT Falcon Pictures, sebuah perusahaan film yang beberapa kali menciptakan rekor perolehan penonton dari film-film yang dibuatnya.

Generasi jaman now sudah tidak kenal siapa Syamsul Fuad. Dia hanyalah seorang mantan wartawan, yang mencoba tetap aktif di usianya. Ketika saya dan beberapa teman wartawan bertemu dengannya di sela acara pengumuman pemenang Lomba Kritik Film, Artikel Opini Perfilman, dan Artikel Features Perfilman Tahun 2017 di Gedung Theatre Perpustakaan Nasional, Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (22/11/2017), terlihat bahwa usia tua sudah menggerus kemampuan fisiknya. Langkahnya lemah, bicaranya kadang kurang jelas terdengar dan ia beberapa kali menanyakan kalimat yang diucapkan lawan bicara karena pendengarannya sudah jauh berkurang. Untuk bepergian, Syamsul diantar oleh anaknya menggunakan sepeda motor.

Namun semangatnya untuk berjuang masih tinggi, terutama memperjuangkan haknya sebagai seorang penulis cerita asli film "Benyamin Biang Kerok" yang diproduksi oleh NV Harapan Film pada tahun 1972, dengan sutradara Nawi Ismail dan pemeran utama aktor legendaris Betawi, Benyamin Suaeb, dan lawan mainnya Ida Royani, A. Hamid Arief, Wolly Sutinah, Ellya Khadam dan lain-lain.

"Waktu saya sodorkan cerita itu, Nawi Ismail langsung setuju. Dia bahkan enggak menyangka saya bisa menulis cerita seperti itu," tutur Syamsul dengan suara sedikit bergetar.

Bersama Nawi Ismail dia lalu menuliskan skenarionya. "Waktu itu saya yang membujuk Benyamin supaya mau membintangi film itu. Karena dia mengaku tidak berani jadi pemeran utama. Setelah saya yakinkan, akhirnya Benyamin mau," tambah Syamsul Fuad.

46 tahun kemudian, tahun 2018, film dengan judul "Benyamin Biang Kerok" kembali diproduksi oleh PT Falcon Pictures dengan bintang utama aktor serbabisa Reza Rahadian. Untuk keperluan itu, Reza sowan ke keluarga Benyamin S dan melakukan ziarah ke makam Benyamin S di TPU Karet Bivak Jakarta, pada 26 Januari 2018.

PT. Falcon adalah sebuah perusahaan yang telah menghasilkan beberapa film laris. Dimulai dari film-film Comic Casino King Part 1 (2015) yang meraup 1.211.820 penonton, dan Comic Casino King Part 2 (2015) yang meraih 1.835.644 penonton.

Sukses Falcon terus berlanjut dengan "My Stupid Boss" (2016) yang mendapat 3.052.657, kemudian  "Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss Part 1" (2016 / 6.858.616 penonton), dan "Warkop Reborn Jangkrik Bos Part2" (2017/ 4.083.190 penonton).  Yang terakhir, Max Pictures sebuah perusahaan yang berada di bawah naungan Falcon, juga memecahkan rekor perolehan penonton di tahun 2018, melalui  "Dilan" yang meraih 6,3 juta penonton.

Sukses Falcon disebabkan oleh strategi promosi yang berani. Hampir semua media besar, baik televisi, media cetak maupun online, tak ketinggalan media ruang maupun radio disasar untuk kepentingan promosi film-filmnya. Belum lagi kegiatan meet and great dengan penggemar di berbagai daerah.

Berbeda dengan perlakuan terhadap keluarga Benyamin S, Syamsul Fuad sang penulis cerita asli film "Benyamin Biang Kerok" mengaku tidak dilirik sama sekali. Oleh karena itu menurut pengakuan Syamsul Fuad, dirinya pernah menemui produser film "Benyamin Biang Kerok" produksi tahun 2018, Oddy Mulya Hidayat, tetapi responnya mengecewakan. Syamsul pernah ditawari uang "belas kasih" sebesar Rp.5 juta, tetapi Syamsul menolak. Keinginan untuk bertemu lagi tidak direspon, sehingga akhirnya ia melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kini sidang gugatan itu sudah berjalan.

Kabar terakhir menyebutkan produser akan menggugat balik Syamsul Fuad karena merasa berhak atas cerita film "Benyamin Biang Kerok" yang diproduksinya. Bisa saja produser berdalih hanya ada kesamaan judul antara film "Benyamin Biang Kerok" yang diproduksi tahun 1972 dan tahun 2018. Selebihnya beda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline