Lihat ke Halaman Asli

Penantian Panjang Pemegang Kartu BPJS Bernama Tan Erni

Diperbarui: 24 September 2015   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Penderitaan nampaknya tak mau pergi dari kehidupan Tan Erni. Di usianya yang telah melewati setengah abad, wanita ini belum menikah. Dia tinggal bersama orangtuanya yang miskin juga beberapa orang saudaranya yang telah menikah, tetapi juga hidup dalam kemiskinan pula di rumah mereka yang keadaannya memprihatinkan, di kawasan Cilangkap Depok. Salah seorang kakaknya yang perempuan yang sudah menjanda, saat ini juga sedang menderita sakit kanker payudara yang sudah menyebar, dan selalu mengerang kesakitan karena payudaranya sudah luka serta mengeluarkan nanah. Mereka tinggal di rumah yang sama.

Sejak beberapa belas tahun lalu, Erni sering batuk-batuk dan tubuhnya kurus. Tetapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuannya, dia tidak pernah memeriksakan diri, apakah batuk-batuk itu karena penyakit atau pengaruh cuaca belaka. Sayangnya meski cuaca baik batuk itu tak hilang.

Salah seorang keponakannya yang tinggal di tempat lain, prihatin melihat kondisi fisik Erni, lalu memintanya untuk memeriksanakan diri ke Puskesmas. Tetapi meski pun jarak puskesmas tidak jauh dari tempat tinggalnya, bukan persoalan mudah bagi Erni untuk pergi ke sana. Untuk ongkos naik ojek saya ia tidak punya uang, dan saudara-saudaranya tidak bisa membantu. Akhrinya sang keponakan turun tangan untuk mengatasi persoalan keuangan yang dialami oleh Erni.

Pada awal November 2014 Erni dibawa ke Puskesmas Cimanggis Depok. Oleh pihak puskesmas dia dinyatakan menderita TB Paru. Karena Hbnya rendah,  dari Puskesmas Cimanggis dia dirujuk RS swasta Warsito Cimanggis dan dirawat selama 4 hari. Rendahnya Hb disebabkan pendarahan hebat yang dialaminya. Sesampainya di rumah sakit, bukan cuma TB Paru yang diketemukan, melainkan ada beberapa penyakit lain yang diderita, yakni kista sebesar 14 Cm dalam kandungannya, dan tiroid di leher yang cukup besar.

Di rumah sakit, sebagai pemegang kartu BPJS tidak semua biaya pengobatan dibebaskan. Ada beberapa jenis obat dan penanganan yang harus dibayar, diantaranya transfusi darah. Dari 7 juta biaya pengobatan, separuhnya ditanggung BPJS dan sisanya sekitar 3,5 juta harus dibayar. Persoalannya, dari mana uang untuk membayar biaya rumah sakit? Setelah meminta keringanan, pihak rumah sakit memberi keringanan boleh mencicil, meski pun sampai saat ini tidak pernah mencicil.

Oleh pihak rumah sakit dia dirujuk ke RS Ciptomangunkusumo (RSCM). Pada 11 November 2014 ia sudah mulai menjalani pemeriksaan di RSCM. Perjalanan menuju RSCM juga bukan persoalan mudah bagi Erni, karena kondisi fisiknya dia memiliki perasaan minder dan takut akibat jarang bepergian sejak kecil. Selain itu dia tidak memiliki uang untuk biaya transportasi.

Jadi persoalan yang dihadapi Erni cukup berat. Belum lagi mengurus prosedur yang berbelit-belit di RSCM sebagai pemegang kartu BPJS, membuatnya tidak mampu mengurus sendiri pengobatannya. Setiap kali berangkat ke RSCM Erni harus ditemani oleh seseorang yang tahu prosedur pengurusan BPJS di RSCM dan seorang keponakan kecilnya yang bisa menjadi teman bicara. Untuk itu dibutuhkan biaya yang tidak kecil, mulai dari tranport, maka dan uang jasa ala kadarnya bagi yang mengantar. Lagi-lagi semua biaya itu ditanggung oleh sang keponakan, yang juga juga harus berjuang mengobati penyakit lupus yang dideritanya.

Pertamakali di RSCM dia diperiksa di bagian hematologi, lalu dikirim ke bagian paru, kista dan tiroid. Karena sakitnya banyak, dokter menyarankan agar satu persatu penyakitnya ditangani. Yang pertama diobati adalah penyakit TB Paru dan akan menyusul tiroid dan kista. Setiap satu minggu sekali Erni harus ke RSCM untuk menjalani USG, rontgen dan CT Scan. Setelah semua hasil diketahui, dia disarankan konsultasi ke dokter, dan dokter menjalankan satu pemeriksaan lagi yakni biopsi. Akibat antrian terlalu banyak, untuk biospsi dia harus menunggu waktu selama 3 bulan, walaupun baru 2 bulan sudah dipanggil karena ada pasien serupa yang membatalkan pemeriksaan.

Setelah biopsi Erni dinyatakan sudah siap dioperasi tiroid. Untuk itu dia harus menunggu selama satu bulan, karena pihak rumah sakit berjanji akan menghubungi. Bila dalam satu bulan tidak ada panggilan, Erni harus melakukan pemeriksaan ulang lagi dari awal. Tapi setelah lewat dua bulan, sejak Juli 2015 hingga September 2015 ini tidak pernah ada panggilan dari RSCM. Khawatir akan terjadi sesuatu, sang keponakan menanyakan ke rumah sakit, kapan operasi dilakukan. Suster di rumah sakit menyatakan Erni harus kembali diperiksa ulang, dengan alasan dokter yang menanganinya kemungkinan sudah ganti.

Kini kondisi Erni kembali memburuk. Ia sulit menelan makanan karena tenggorokannya bengkak. Menstruasinya tak pernah berhenti. Dia sangat menderita, tetapi tidak berdaya. Karena untuk pergi ke puskesmas saja tak punya uang. Kalau dia ke RSCM seperti penjelasan dokter sebelumnya, sudah pasti bukan tindakan operasi yang akan dilakukan, melainkan pemeriksaan ulang dari awal, karena waktu untuk mengambil tindakan operasi sudah kedaluarsa. Artinya 10 bulan yang dijalani untuk melakukan pemeriksaan di RSCM nyaris sia-sia. Sampai kapan Erni akan menunggu? Ketika ditemui terakhir, karena keadaannya, kondisinya lemah. Dia memilih untuk pasrah terhadap takdir Yang Kuasa. (hw16661@yahoo.com)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline