Lihat ke Halaman Asli

Film "Strawberry Surprise": Strawberry Ini Masih Kurang Manis

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Cinta merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia. Kekuatan cinta kadang melebihi apapun di dunia ini. Tak berlebihan bila dalam sebuah kitab suci dikatakan "Cinta itu kuat seperti maut". Kekuatan cinta itulah yang membuat Timur, seorang saksofonis yang bekerja sebagai fotografer di sebuah biro iklan, harus mengorbankan banyak hal. Timur akhirnya harus meninggalkan pekerjaan, dan juga wanita yang mencintainya di tempat pekerjaan.

Cinta Timur (diperankan oleh Reza Rahadian) terhadap Aggi (Acha Septriasa), seorang kurator foto dari Yogya, sebenarnya beberapa kali mengalami pasang surut. Aggi seperti mempermainkan cinta Timur, dengan memutuskan hubungan mereka berulangkali. Entah akibat cemburu, atau tergoda lelaki lain. Tetapi di lubuk hatinya yang paling dalam, sebenarnya Aggi sangat mencintai Timur. Bahkan ketika foto Timur yang terlihat mesra bersama Inda (Olivia Jensen) diunggah di facebook, Aggi langsung shock. Tetapi perjalanan cinta yang penuh lika-liku itu berakhir bahagia (happy ending). Timur dan Aggi menikah.

Diangkat dari novel Desi Puspita Sari yang kemudian ditulis ke dalam bentuk skenario oleh Oka Aurora, Strawberry Surprise merupakan film drama percintaan anak-anak muda, tetapi bukan ABG, yang dapat mengisi kekosongan tema serupa belakangan ini. Cerita film ini sebenarnya cukup menarik, dengan konflik-konflik yang bisa membuat penonton -- terutama kalangan muda -- terbawa dalam dramatik yang ada di dalamnya.

Namun sutradara Hanny R Saputra yang pernah sukses dengan filmnya Heart, kali ini tidak terlalu berhasil memberikan sajian yang indah dan berisi, sehingga rangkaian cerita terkesan kurang greget. Hanny terburu-buru menyelesaikan adegan, sehingga potensi dramatik yang bisa dibangun lebih kuat menguap, karena terlalu terburu-buru itu.

Lihat saja bagaimana proses percintaan Aggi dan Thomas (Reuben Alishama). Semua dibuat seperti menempelkan potongan-potongan adegan, meski pun inti cerita dapat dimengerti. Begitu juga hubugan Timur dengan Inda yang tidak jelas juntrungannya. Beruntung kelemahan itu masih agak tertutupi dengan kemampuan akting Reza Rahadian dan Acha Septriasa.

Film ini sebenarnya juga bisa menjadi lebih baik jika fotografinya digarap dengan baik. Apalagi Hanny sudah berusaha menghadirkan elemen pendukung yang pas untuk menghasilkan gambar-gambar yang bagus, seperti ketika Timur bermain di air bersama Aggi, atau ketika keduanya melakukan buggy jumping, tetapi angle-angle pengambilan gambar yang tidak dieksploitasi, membuat gambar masih belum maksimal. Bukan cuma angle yang miskin, fokus kamera juga seringkali lari, terutama pada adegan travelling.

Musik yang berlebihan sepanjang adegan juga terasa sangat mengganggu. Maksudnya mungkin untuk memperkuat kesan dramatis. Tetapi pengisian musik yang terlalu cerewet di hampir setiap scene justru mengalihkan perhatian penonton terhadap kekuatan adegan. Jika film ini adalah buah strawberry, rasanya masih kurang manis.

Lepas dari kelemahan yang ada, film produksi PT Kharisma Starvision ini patut diapresiasi, karena ikut memberi warna bagi keragaman karya-karya sinema Indonesia, yang belakangan riuh-rendah dengan film bertema horor / misteri, atau film komedi berbiaya rendah yang merusak citra perfilman Indonesia.  (herman wijaya/hw16661@yahoo.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline