Kelas seratus persen luring mulai menyambut di depan kita. Angkatan Covid mana suaranya?! Ibarat kata dua tahun leha-leha, eh, fafifu wasweswos ikut UTBK, lolos SBMPTN, jadi anak rantau, ospek kampus luring, belum lagi dihantam culture shock yang nggak main-main karena peralihan yang nyaris tanpa jeda. Terus, sambil jalan kuliah, sambil part-time jadi budak UKM dan organisasi. Ngos-ngosan minta ampun. Gara-gara padatnya aktivitas di awal tahun itu, burn out bakal sering mampir dan stres bertumpuk-tumpuk. Padahal, niatnya mau buat cerita baru malah jadi reka ulang adegan. Ujung-ujungnya bakal ketemu lagi sama yang namanya procrastination, si bandit utama.
Procrastination itu penyakit. Procrastination itu parasit. Procrastination itu habit buruk yang sayangnya banyak disenangi anak-anak muda. Sekali kerjain nanti, deh terucap, tertumpuk sudah satu dosa besar bernama prokrastinasi. Belum lagi, setan kotak dan segala isinya menggoda-goda untuk dimainkan sepanjang hari, makin parah untuk bermalas-malasan. Masih ada hari esok ceunah. Mirisnya, belum ada obat ampuh buat procrastination, kecuali dari diri kita sendiri.
Setiap individu yang sehat mental dan fisik pastilah memiliki kecenderungan untuk lepas dari prokrastinasi, entah dengan cara apapun. Bagi aku pribadi, menyibukkan diri menjadi salah satu opsi. Membuat waktu aku padat sehingga tak punya waktu bernapas mungkin lebih efektif ketimbang sekadar mencari niat. Tapi menjadi sibuk malah punya risiko yang lebih besar mendatangkan burn out ketimbang menghilangkan prokrastinasi.
Maka, cara lain yang terpilih adalah dengan memperbaiki sistem manajemen waktu. Dengan serentetan kegiatan sebagai mahasiswa, aku perlu lebih fokus membagi skala prioritas antara kehidupan kampus dan pribadi. Paling gampang, sih, buat to-do list sekaligus tenggat waktunya. Hm, kalau cuma asal catat konvensional di notebook, pasti repot. Belum lagi kalau kelupaan pernah menulis, deadline jadi sering kelewat. Alternatif lain, ya, pakai aplikasi yang memadai. Tapi aplikasi apa yang praktis, lengkap, dan tentunya eye-pleasing buat mata yang gampang jenuh ini?
Setelah cobain satu persatu aplikasi, ada satu yang click, nih. Namanya DoCheck! Seminggu pertama pakai ini masih bingung-bingung dikit. Eh, kok ada DoZine? Eh, kok ada template goals lain yang bisa kita pakai? Belum lagi fitur-fitur lain yang buat kita nggak rugi mengunduh DoCheck. Buat mahasiswa kutu kupret alias kuliah tugas kuliah presentasi juga bisa kebantu dengan fitur goals. Gaya hidup yang awalnya serba terserah jadi serba terarah. Dari yang ikut mood aja, deh jadi aku punya target, nggak ada lagi nanti-nanti!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H