Lihat ke Halaman Asli

Lambara Harapan

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Memijakkan kaki pada Pagi dengan nuansa khas pedesaan

Menikmati ramah matahari yang menyapa dari barisan pepohonan

Mereguk asa yang menahun pada sebuah pertemuan dari kisahku dan kisahmu

Pada kasih yang selalu menyisakan kisah yang tak usai oleh waktu

Dan aku ada disini oleh rindu yang mewabah

Pagiku pada lambara harapan
lambara harapan tidak menyuguhkanbising dan polusi kota
Hingga malam menyapa lambara harapan dengan symphony serangga malam

Aku cemburu dengan lambara harapan yang menjaga kekasihku

Yang pertama dan berharap bukan yang terakhir aku menyapa kampungmu

Dari segelas kopi sampai gelora asmara memanjakanku di sini

Lambara harapan

Tunggu aku sekali lagi untuk menikmati aroma khas desamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline