Lihat ke Halaman Asli

Ode Buat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kau bangun di pagi buta disaat orang masih terlelap, melangkahkan kaki menuju mushollah atau masjid. Subuh telah tiba, dan adzan-pun kau kumandangkan. Kau pimpin jama’ah sholat subuh dan anak-anak kecil yang tidak seberapa itu kau bimbing untuk melafadzkan ayat-ayat Qur-an.

Mentari mulai bersinar, di pagi buta itu kau beranjak menuju ladang, ada pekerjaan ringan yang harus diselesaikan. Ya, pekerjaan ringan sekedar memetik beberapa sayur dan buah, setelah itu kau pulang membawa hasil bumi yang masih segar itu.

Waktu terus berjalan tugas lain segera menanti, setelah mandi kau berganti pakain biasanya baju safari kusam atau baju batik murahan, dengan tas yang sudah berusia uzur kau tegakkan langkah menuju sebuah madrasah sedrhana tempat kau mengajarkan ilmu pada generasi muda.

Dari satu kelas ke kelas lain, dengan tekun dan penuh kesabaran kau melaksanakan tugas mulia itu, disela-sela mengajar kau sempatkan menyantap pisang goreng berserta teh yang sudah dingin untuk sekedar mengganjal perut. Pisang goreng dan teh buah keikhlasan dari iuran murid-muridmu.

Lebih dari separuh waktu hari itu kau habiskan untuk mengajar. Matahari telah terik dank au-pun beranjak pulang, setelah memimpin sholat dluhur dibawah terik matahari yang panas dengan memanggul cangkul kau beranjak ke ladang, kini tugas-tugas berat menantii hingga sore menjelang. Di ladang yang yang luas itu kau mencangkul, mengolah ladang, dan merawat tanaman. Di ladang inilah kau bisa berharap akan hasil untuk menghidupi istri dan anak-anakmu.

Sore menjelang, kaupun segera pulang, letih dan lelah menjadi bagian dari subuah kenikmatan yang harus kau syukuri hari ini. Setelah mandi, tak lama berselang adzan magrib-pun berkumandang, dan kaupun segerah menuju mushollah. Anak-anak kecil kini jumlahnya lebih banyak telah menanti untuk kau ajarkan ayat-ayat suci, satu persatu anak-anak itu menunggu giliran untuk kau ajar mengaji hingga tak terasa waktu isya’ telah tiba.

Begitulah hari-harimu, kau mengajar dengan ketulusan, kau mengajar tanpa mengharapkan imbalan, kau-lah seorang guru yang sebenarnya. Kau tidak pernah bertugas hanya karena mengharap gaji, apalagi sertifikasi. Apa itu….? Bagimu ketulusan dan bakti muliamu itulah sertifikasi.

Guru……jangan sampai bakti dan ketulusanmu itu ternoda dengan mereka-mereka yang berstatus guru palsu. Tidak ada ketulusan, yang dikejar hanyalah uang, bahkan ada yang rela menyogok untuk mengejar statusmu …’guru’, Naudzubillah…!

Guru….semoga ilmu yang kau ajarkan merupakan ilmu yang bermanfaat, berkah dan tidak menjadikan mudlorot bagi alam semesta. Ilmu yang kau ajarkan akan menjaga dunia ini dari penguasa yang lalim yang mengabaikan kejujuran. Semoga muridmu adalah mereka yang menjadi pendekar-pendekar kebenaran, bukan mereka yang merebut statusmu namun mengedepankan ego demi gengsi duniawi.

KAULAH PAHLAWAN TANPA TANDA JASA ITU GURU…………….TERIMAKASIH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline