Berikut ini penulis paparkan keseruan diskusi penulis dengan ChatGPT, saat ChatGPT diminta mengerjakan soal cerita matematika dalam bahasa Indonesia, ketika ternyata di akhir pembahasan Uraian jawabannya, ChatGPT menuliskan kesimpulan yang salah.
Hal ini merupakan hal yang sangat menarik bagi penulis selaku guru, dan rezeki bagi saya untuk menjadi bahan renungan dan bagus sebagai bahan presentasi bagi murid-murid saya. Karena ternyata ChatGPT dapat melakukan kesalahan, dan ternyata ketika dipertanyakan oleh penulis, ChatGPT nya minta maaf dan menjelaskan ketidaktelitiannya.
Ternyata ChatGPT yang bisa salah juga, seperti hal nya guru atau pun teman-teman diskusi belajar. Hal ini menjadi Pengingat bagi murid dan guru, bahwa dalam proses belajar adalah jangan puas hanya sampai selesai mengerjakan soal, kemudian murid masih belum bisa memahami sendiri apakah pekerjaannya sudah benar atau masih salah.
Guru harus bisa membelajarkan murid sampai murid secara mandiri dapat memeriksa hasil pekerjaanya sendiri, menunjukkan dengan argumen, fakta dan alasan, bahwa pekerjaannya sudah benar atau masih salah. Kalau murid masih mencari guru untuk untuk menentukan pekerjaannya sudah benar atau masih salah, maka sebenarnya murid masih belum dapat mengantung SIM ... apa itu? Surat Izin Matematika he...he...he.... Artinya sudah mandiri mengerjakan jawaban atas soal matematika, dan dapat menunjukkan dengan bukti, alasan, atau pun fakta bahwa pekerjaannya sudah benar.
Karena yang berhak mendapat SIM (Surat Izin Mengemudi) sejatinya adalah yang minimal sudah berani mengemudikan kendaraannya sendiri, bukan yang setiap mengemudikan kendaraan masih harus didampingi pelatih mengemudinya kan?
Maka kelas pembelajaran matematika akan menjadi lebih bermakna dalam kehidupan sehari-hari memberikan lifeskill kepada peserta didik untuk melatih peserta didik berpikir menemukan pemecahan masalah menggunakan logika berpikirnya, bukan hanya sekedar mempelajari materi matematikanya saja. Karena memang jarang-jarang juga dalam kehidupan sehari-hari tiba-tiba ditanya rumus persamaan kuadrat atau pun rumus pythagoras misalnya.
Tapi coba perhatikan bahwa kalau ada lapangan rumput, biasanya diagonal lapangan itu suka agak lebih gundul, karena biasanya sering dipilih oleh yang melintas sebagai jalan pintas, karena diagonal atau sisi miring adalah lebih pendek dari kalau menyusuri bagian tepi lapangan tersebut itu kan.
Panjang pastinya dari si diagonal sebagai jalan pinta itu kan jarang ditanyain pastinya berapa, yang tentunya dapat dihitung dengan pythagoras. Karena dalam kehidupan sehari-hari cukup terbuktikan bahwa jalan pintas itu yang merupakan diagonal itu terasa lebih pendek dan memang lebih pendek dari menyusur setengah keliling lapangan itu. Jadi murid-murid harus sampai paham mematchingkan dengan fakta di kondisi real nya. Bukan cuma puas sampai menghitung menggunakan rumus.
Bahwa karena, ternyata ChatGPT juga bisa salah, seperti halnya juga guru atau teman-teman diskusi belajar. Namun yang utama adalah kesadaran di pihak manusia untuk berpikir dan tidak serta merta bulat-bulat langsung menelan hasil jawaban ChatGPT, namun turut bertanggung jawab ikut berpikir dan ikut menganalisis membuktikan hasil jaswab atau hasil diskusi baik dengan Guru, teman diskusi, bahkan dengan ChatGPT.
Dibangun kesadaran bahwa belajar bukanlah hanya selesai sampai pada selesai menjawab soal, tapi benar-benar membuktikan hasil jawabannya itu sudah benar atau masih salah.
Harus punya tanggung-jawab untuk membuktikan hasil jawaban sendiri, jangan sampai selesai menjawab soal cukup langsung puas mendapatkan konfirmasi benar atau salah dari guru. Tapi harus sampai bisa mempresentasikan dan memahami alasan benar dari jawaban yang dibuatnya tersebut. Karena dalam kehidupan sehari-hari juga kan kita harus mempertanggungjawabkan secara mandiri hasil keputusan kita.