Lihat ke Halaman Asli

Budaya "On Time" Anti Ngaret di Eakkapap School, Thailand

Diperbarui: 11 Oktober 2022   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Satu bulan Asistensi Mengajar di Eakkapap Sasanawich Islamic School, Krabi, Thailand Selatan yang diselenggarakan Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang bekerjasama dengan AECI pada tanggal 27 Juli hingga 28 Agustus, mengajarkan kami satu budaya baik yang selama ini mungkin dapat dikatakan bertolak belakang dengan kondisi di negara kita, Indonesia. 

Saya, Fathimah Muthmainnah (S1 Pendidikan Bahasa Arab 2020) bersama kedua teman saya, Moh. Faisol Fahmi (S1 Pendidikan Seni Rupa), dan Luthfi Farihatun Nisa' (S1 Pendidikan Bahasa Arab 2019), merasakan perbedaan yang sangat signifikan selama mengajar disana. 

Perlahan kami mulai terbiasa untuk datang tepat waktu, dikarenakan santri dan guru disana selalu tepat waktu dalam setiap kegiatan, sepadat apapun agenda di sekolah.

Awal-awal kami disana, kami berfikiran bahwasannya masyarakatnya sama dengan di Indonesia yang punya budaya 'karet', ternyata kami salah besar. 

Saat itu pertama kali kami sampai disana, kami diajak untuk makan sore, jarak antar asrama dan kantinnya lumayan jauh, dan kami sebagai perempuan terbiasa untuk bersiap-siap rias terlebih dahulu. 

Ternyata sudah ditunggu dari tadi oleh kaka disana. Orang-orang Thailand yang kami temui di Eakkapap Sasanawich Islamic School sangatlah disiplin dan menghargai waktu.

Ketika itu kami menjadi pelatih pada acara besar "Youth Camp" yang bekerjasama dengan Mahasiswa Universitas Malaysia selama 5 hari berturut-turut. 

Agenda tersebut sangatlah padat aktifitasnya dari bangun tidur hingga tidur lagi, herannya, setiap agendanya para peserta pelatihan maupun panitia dan guru-guru disana selalu memulai acara tanpa telat atau lewat yang dijadwalkan. 

Dalam setiap acara, beda dengan di Indonesia, apabila pergantian agenda 1 ke agenda lainnya, pasti ada jeda yang agak lama, seperti membenarkan kabel, atau budaya 'tunggu-tungguan', atau bahkan bengong dan 'malu-malu' untuk maju. 

Santri disini transisi agendanya sangat cepat, bahkan saat kami dipanggil untuk maju dan agak sedikit lama, dan guru-guru disana langsung menyuruh kami untuk segera memulai.

Dokpri

Pengalaman disana mengajarkan betapa berharganya waktu. Setiap hari kami ditempa untuk bisa bersiap-siap dengan cepat dan tepat waktu, dan itu berdampak dalam kehidupan sehari-hari saya yang semakin mengerti makna waktu itu sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline