Jelang Masa Tenang Pemilu 2024
Mencermati visi misi paslon dan kegiatan nyata masyarakat akar rumput
Sebentar lagi kita akan memasuki masa tenang Pemilu 11-13 Februari 2024, dimana segala atribut kampanye akan ditanggalkan. Seyogianya sudah tak ada lagi pertanyaan mau pilih siapa atau yang mana. Tetapi bagi yang masih galau hal ini dapat dipertimbangkan untuk memilih calon legislatif.
Pertama, seandainya kita sudah punya beberapa alternatif nama yang akan dipilih, maka lihat yang bersangkutan asal dari partai mana, nomor urut berapa, siapa saingan kuatnya. Mengapa?
Karena jika kita hanya sekedar memilih nama yang sesuai kriteria kita tetapi jauh dari jangkauan atau sepertinya tidak' calon jadi', rasanya sayang suara akan terbuang.
Kedua, perlu juga kita kenal partai pengusungnya, apakah ini partai kuat, atau apakah kinerjanya baik selama ini (bisa tinjau melalui rekam digital), inklusifkah?
Ketiga, biasanya yang juga menjadi pemikiran adalah apakah partainya mengusung pasangan calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden sesuai dengan paslon yang akan kita pilih? Ini juga boleh menjadi pertimbangan, tetapi bukan hal mutlak karena untuk legislatif sebaiknya fokus kepada personal agar kita tidak semakin bingung.
Memilih yang seratus persen sesuai harapan pribadi tentu akan sulit, ada baiknya kita melihat secara lebih holistik, obyektif dan inklusif dengan mempertimbangkan apakah baik paslon Capres-Cawapres dan calon legislatif tersebut adalah yang terbaik untuk bangsa negara kita saat ini. Mereka semua nantinya akan menjadi 'milik' NKRI bukan cuma milik kita, kelompok atau golongan kita saja.
Penulis ingin meninjau beberapa aspek terkait dengan tema yang diangkat pada Debat 5 (pamungkas) Capres. Tema ini menarik, khsusnya bagi umat Katolik karena selaras dengan tema Aksi Puasa Pembangunan 2024 Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yakni "Memperkuat Solidaritas dan Subsidiaritas untuk Mewujudkan Kesejahteraan Bersama".
Selain itu, tema ini berkaitan erat dengan tema Arah Dasar (ARDAS) KAJ tahun-tahun sebelumnya yakni penghormatan Martabat Manusia (2022) dan Kesejahteraan Bersama (2023).