Lihat ke Halaman Asli

Mathilda AMW Birowo

Dosen, Konsultan PR

Indah pada Waktunya

Diperbarui: 6 Februari 2021   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Jenius 

Berpasangan kalian telah diciptakan
Dan selamanya kalian akan berpasangan
Bersamalah kalian tatkala Sang Maut merenggut hidup. 

Ya, bahkan bersama pula kalian, dalam ingatan sunyi Tuhan.
Namun biarkan ada ruang di antara kebersamaan itu. Tempat angin surga menari-nari di antara kalian.
Kahlil Gibran

Hari ini saya menghadiri secara daring pernikahan dari dua pasangan, indah sekali dan tak sedikitpun berkurang maknanya meski tak dapat hadir secara langsung karena pandemi.  Menyaksikan sebuah perkawinan ibarat sebuah HP yang di-charge, memperkokoh kesetiaan dalam kehidupan rumah tangga kami. Melihat kedua mempelai bersujud kepada orangtua, selalu menggetarkan nurani merasakan betapa kasih Allah melalui ayah bunda yang cinta kasihnya tak pernah pudar hingga menutup mata. 

Perkawinan dulu ....

"I love you without knowing how, or when, or from where. I love you simply, without problems or pride: I love you in this way because I do not know any other way of loving but this, in which there is no I or you, so intimate that your hand upon my chest is my hand, so intimate then when I fall asleep your eyes close." -- Pablo Neruda, 100 Love Sonnets

Sepulang dari berbulan madu, saya dan suami mulai membuka satu persatu hadiah dari para tamu. Agak sulit karena kado-kado itu kami masukkan dalam satu kamar hingga penuh. Maka, kerjasama kami yang pertama setelah menjadi suami isteri adalah membuka kado satu persatu, hingga menghabisi masa cuti kami. Belum termasuk mengaturnya lho! Alhasil kami bisa membuka toko kelontong, mulai dari kulkas, rice cooker, setrikaan, panggangan roti, sprei, taplak, piring gelas dan kawan-kawannya lengkap. Bahkan saat usia pernikahan kami melebihi 28 tahun beberapa barang masih ada tersimpan menunggu giliran digunakan.

Ada satu hadiah unik ....Waktu itu rumah yang akan kami tempati belum masuk jarigan telepon. Kata pak RT gilirannya paling cepat baru tahun depan. Wah refot juga ya, secara ketika itu belum ada tuh hp dan kami berdua bekerja. Kebetulah ada seorang kerabat Bapak, saat itu memimpin sebuah Kementerian. Beliau menanyakan kami, calon pengantin mau hadiah apa? Kami nyeplos aja: saluran telepon! ...Eeh beneran dapet, padahal kita nya becanda loh...uupss.  Namanya juga rejeki anak soleh, berkahnya gak cuma kami, karena tidak sampai 1 minggu saluran telepon masuk di area dimana kami tinggal. Puji syukur, semoga Bapak pemberi hadiah damai di surga (maaf, beliau sudah lama berpulang).

Bagi sahabat-sahabat se-angkatan tentu mengalami hal yang sama. Namun,setelah era Baby Boomers ... adik-adik gen X, Y hingga millennials mengalami perubahan dalam budaya perkawinan. Dulu, mempersiapkan pernikahan bisa sampai 1 tahun lamanya hanya untuk beberapa jam upacara agama dan resepsi. Panitianya seabreg pula mulai dari keluarga dekat, jauh, hingga tetangga, teman kuliah pun komunitas lainnya (terkecuali mantan pacar ya). Ini biasa karena kita ingin melibatkan siapapun yang telah memberi andil dalam kehidupan kita. Merekapun suka-suka aja meski cuma dikasih seperangkat seragam.

Saat itu juga belum lazim yang namanya WO (Wedding Organizer). Semua nyaris dikerjakan oleh calon pengantin, dibantu keluarga tentu. Saya sendiri mendisain kartu undangan kami hingga ke percetakan, Menyusun hingga mengetik buku Misa (sekarang sudah tersedia dalam bentuk soft copy tinggal disesuaikan saja). Blusukan mencari souvenir unik untuk para tamu. Membuat list undangan, menyatukan dengan daftar dari ortu. Ini gak mudah karena pinginnya satu kampung diundang semua... jika ada yang tertinggal tentunya merasa gimana gitu. Selanjutnya, roadshow gedung pertemuan satu dan lainnya, melongok disain baju-baju pengantin...dan pernak pernik lainnya. Asli setelah malam midodareni...saya nyaris tidak tidur karena masih ada aja printilan yang diurusin, padahal pagi-pagi besoknya sudah harus nyalon sebelum pemberkatan di Gereja (terima kasih Sugi, perias saya).  Seorang teman saya iseng nanyain, berapa tuh biaya rias pengantinnya, ketika saya jawab dia ketawa. Kenapa sih? Dia bilang, kamu salah strategi...harusnya jangan bilang rias buat pengantin. Bilang aja make up untuk  acara kondangan pasti lebih murah....aah, dah telat boo! He..he...

Perkawinan sekarang ...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline