Lihat ke Halaman Asli

Mathilda AMW Birowo

Dosen, Konsultan PR

Siapa Sesama Kita?

Diperbarui: 25 Desember 2020   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cenderakasih dari Gramedia Widiasarana Indonesia untuk peserta

"Apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan mampu membalas kebaikan kita tetapi mereka juga sesama kita." (Lukas 14, 13)

Kutipan ayat Kitab Suci di atas dalam pikiran yang nakal mungkin terlalu berlebihan, artinya kita harus mengundang orang-orang "tidak penting" lalu bagaimana jadinya nanti perjamuan kita. Kita mengadakan perhelatan kan justru untuk dapat bertemu, canda ria atau mungkin mengambil peluang bisinis dari orang-orang yang kita kenal dan akan memberi benefit buat kita. Tetapi jika kita mau berpikir jernih, mereka itulah yang justru akan memberi arti lebih bagi kehidupan kita. Dalam arti martabat sebagai seorang manusia justru dilihat dari bagaimana kita dapat melakukan sesuatu bagi orang lain sekecil apapun itu tanpa berharap balasan.

Bagaimana kita dapat melakukannya? Kita kan manusia biasa bukan malaikat? Pertama, memiliki komitmen dan konsistensi terhadap keahlian atau bidang yang kita minati sudah mengarah kepada niat yang baik. Mencoba melepas ego dengan meletakkan posisi diri kepada orang yang kurang beruntung, adalah sebuah terobosan. 

Lalu, berani bertindak atas kata hati yang tidak melulu melihat pada kepentingan diri tetapi juga berpeduli pada kesulitan orang lain merupakan kemuliaan diri. Apakah sulit melakukannya? Pasti! Apakah mungkin dilakukan?.... 

Saya tak akan menjawabnya, tetapi ingin mengajak kita melihat karya-karya perempuan biasa, bukan seleb bukan juga tokoh masyarakat, yang telah berbagi tentang aktifitas mereka yang diangkat dalam sebuah webinar memeringati hari Ibu pada Sabtu, 19 Desember 2020 bertema PEREMPUAN PEJUANG KEADILAN. Saya mencoba mengambil benang merah dari peristiwa agung berdekatan di bulan Desember ini yaitu peringatan Hari Ibu dan Natal.

"Kita seharusnya tidak menunggu orang lain datang dan mengangkat suara kita. Kita harus melakukannya sendiri. Kita harus percaya pada diri kita sendiri." 

(Malala Yousafzai, peraih Nobel Perdamaian 2014)

Dalam pengantarnya, Mgr. Kornelius Sipayung OFM.Cap Moderator/Ketua Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) menekankan bahwa peringatan Hari Ibu menunjukkan bahwa perjuangan perempuan Indonesia telah menempuh jalan panjang guna mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan dalam berkehidupan, berbangsa dan bernegara. 

Keberhasilan yang telah dicapai selama ini belumlah tuntas dalam mewujudkan Indonesia yang aman, damai, serta adil dan makmur. Kita masih perlu lebih peduli, berjuang dan bekerjasama lintas organisasi dan agama. Maka, kerjasama SGPP KWI dan Komunitas Muda ASRI bimbingan Romo Ignatius Ismartono, SJ dalam penyelenggaraan webinar ini sangatlah tepat.

Dalam berbagai forum internasional, Indonesia menekankan pentingnya peran perempuan dalam perdamaian dunia. Salah satu milestone dalam upaya ini adalah pertemuan menteri luar negeri perempuan pertama yang diadakan di Montreal, Kanada, pada 21 September 2018, yang dihadiri oleh Menlu Retno Marsudi. Topik mengenai mempromosikan perdamaian dan keamanan serta mengeliminasi kekerasan berbasis gender menjadi salah satu agenda penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline