Wait!!! Apa yang kamu bayangkan jika ada adik kecilmu yang masih berusia 10 tahun menemukan buku yang berjudul Tank Merah Muda ? Kamu tidak akan menduga jika buku ini berisikan kesadaran dari para perempuan menulis untuk mengisahkan narasi perempuan versi perempuan tentang salah satu momentum terpenting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia di bulan Februari sampai Mei 1998, yaitu reformasi.
Tank Merah Muda dapat dijadikan sebagai sumbangan penting bagi wacana pemeliharaan ingatan yang dilakukan secara serius dan krisis mengenai 'transisi reformasi'.
Buku ini menyingkap sekitar 19 kisah yang dijudulkan. Kesembilan belas kisah tersebut mengandung pemahaman dan pengalaman perempuan tentang 'sisi lain' dari transisi sosial-budaya-politik-ekonomi-pertahanan-keamanan yang terjadi di tahun 1998-2004. Maka sudah semestinya buku ini menjadi literature alternatif bagi bangsa Indonesia, khususnya mereka yang memiliki solidaritas terhadap korban kekerasan dan kemanusiaan.
Menarik jika ditelusuri dari segi usia para perempuan menulis yang ternyata lahir pada tahun 1991 sampai 1992. Mengapa dikatakan menarik? Karena ketika gerakan Reformasi 1998 terjadi, para perempuan menulis baru berusia 6 atau 7 tahun. Akan tidak sedikit di antara kita, calon pembaca yang budiman, yang akan bertanya jika mengetahui usia mereka baru berusia 6 atau 7 tahun.
Mungkin salah satu pertanyaannya adalah bayangan memori seperti bagaimanakah yang para perempuan menulis tuliskan dalam bentuk narasi tentang Reformasi 1998. Atau apakah narasi yang para perempuan menulis tuliskan tentang Reformasi 1998 itu valid?
Namun sadar atau tidak, di tengah minimnya perbincangan Reformasi 1998 yang disejarahkan dalam buku-buku sejarah, para perempuan menulis telah patut diduga melakukan penelitian terhadap apa yang terjadi pada waktu itu secara detail. Hal itu terlihat dari alur kalimat per kalimat yang ditulis. Dan uniknya lagi, Tank Merah Muda meskipun dapat dikatakan detail, namun semuanya dikemas dalam cerita yang cukup pendek, yaitu 6 sampai 14 halaman.
Tank Merah Muda bagi individu yang tahun 2020 yang berusia minimal 30 tahun merupakan suatu memori pahit yang kuat tertanam di alam bawah sadar. Sedangkan bagi individu yang tahun 2020 yang berusia lebih muda dari 22 tahun, Tank Merah Muda akan menjadi sebuah pengetahuan baru yang merupakan versi lain dari sejarah berbentuk fiksi.
Lebih-lebih bagi siapapun sebenarnya, Tank Merah Muda dapat digunakan sebagai literatur yang dapat meningkatkan empati dan solidaritas terhadap isu kemanusiaan, politik, sosial, budaya, keamanan dan pertahanan negara. Tank Merah Muda menjadi cerita-cerita yang tercecer dari reformasi di tengah era kebebasan berpendapat dan berserikat.
Cerita-cerita di Tank Merah Muda telah dieksplorasi lebih luas. Hal itu bisa dilihat dari latar belakang kisah, ada yang di Aceh, Ambon, Kalimantan, Poso, dan sebagainya. Pembaca Tank Merah Muda juga akan bernostalgia dengan beberapa top brand era 1998, misalnya Nokia dan New Era.
Perempuan dengan berbagai kekompleksannya menjadi tokoh utama yang dalam hal ini kontradiksi dengan setting Reformasi 1998 yang biasanya laki-lakilah yang menjadi tokoh utamanya. Para perempuan menulis juga berusaha menuliskan alur berbagai kontestasi yang terus meningkat.
Dalam hal ini itu disebut sebagai kekuasaan yang antara lain misalnya, perempuan yang mengisahkan kisah pribadinya dengan seorang tentara yang menghamilinya dan meninggalkannya di wilayah konflik.