Lihat ke Halaman Asli

Matawam

Medioker Profesional

Kesempatan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

pertama aku mengenalnya, dia bukanlah siapa-siapa. wajahnya memang cantik. aku yakin tidak ada satu orang pria pun yang meragukan penilaianku ini. jujur, sebagai seorang lelaki, satu hal yang pertamakali aku lihat dari seorang wanita itu adalah wajahnya. buat aku, fisik di atas hati. kalau ada pria yang bilang fisik tidak penting, hati nomor satu, percayalah kalau pria itu adalah pembohong besar.

aku masih ingat pertamakali aku bertemu dengannya. aku sedang berkumpul bersama dua orang temanku. lalu, seorang temanku yang lain datang dan membawanya ke hadapanku. di situlah aku dan dia berkenalan.

rambutnya panjang terurai. sedikit ikal di ujung rambutnya. senyumnya luar biasa manis. mungkin gigi kelincinya lah yang membuat hatiku saat itu jatuh kepadanya. tapi untuk sekedar bertanya nomer teleponnya saat itu tidak memungkinkan. karena dia itu pacar dari sahabatku.

dua tahun setelah kejadian malam hari itu. aku melihatnya lagi. tidak sengaja aku buka youtube. ia mempunyai akun yang isinya adalah video-videonya menyanyikan lagu-lagu dari musisi dalam dan luar negeri. videonya tidak banyak, cuma sekitar 85 video. aku hanya perlu waktu satu malam untuk melahap semua videonya. bukan masalah besar.

aku lalu mencoba menghubunginya lagi. sekedar bertanya apakah ia masih ingat dengan diriku yang kemudian aku lanjutkan untuk bertanya mengenai kabarnya. responnya cukup cepat. tidak ada hitungan minggu, pesanku itu dibalas. dia ternyata masih ingat siapa aku.

percakapan kami cukup intens. berawal dari kirim pesan, lalu bertukar nomor telepon, dan akhirnya, whatsapp dan LINE adalah penghubung kami. setiap malam, tepat jam 9 malam, aku selalu menghubunginya. sekedar untuk bicara hal-hal yang menurutku tidak penting untuk dibahas. tapi hal itu entah kenapa selalu membuatku tersenyum dan jantungku berdebar.

"aku sudah lama putus sama Bani.", ujarnya seperti memberiku kode.

"aku juga sudah lama tidak bertemu Bani. sejak mau lulus, aku sama dia sudah jarang nongkrong.", kataku seperti memberitahunya kalau aku sudah tidak sedekat itu dengan Bani.

aku, kamu. apa salahnya sekarang kata ganti orang pertamaku menjadi aku kamu? bukannya itu apa yang orang-orang yang biasa lakukan kalau mereka sudah dekat? aku memang sudah dekat dengan dia sekarang. apa melakukan hal itu salah?

aku mulai memberanikan diri untuk jalan berdua dengannya. seperti layaknya seorang perempuan, dia mencari-cari alasan untuk menolak ajakanku. tapi berkat manisnya rayuan yang keluar dari bibirku, alasan-alasannya seperti tidak berguna lagi.

beberapa kali aku dan dia menghabiskan waktu berdua. hanya untuk sekedar nonton, makan malam, cerita di atas bukit, melihat bintang, mengantarnya ke beberapa perusahaan rekaman sampai akhirnya ia sibuk dan tenggelam dalam dunia musiknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline