Dok.pribadi
Hujan yang melanda Belitung akhir-akhir ini menyebabkan jembatan penghubung Belitung Barat ke Belitung Timur terputus. Hujan deras pada hari tadi menyebabkan jempatan tersebut putus pada pagi hari ini. Jembatan ini putus karena tanah yang longsor akibat tidak kuat menahan besarnya curah hujan di Belitung akhir-akhir ini. Jembatan ini terletak di daerah Badau, Belitung Barat.
dok.pribadi
Banyak masyarakat setempat yang datang untuk melihat putusnya jembatan ini. Menurut masyarakat setempat, tidak ada korban didalam putusnya jembatan ini. Banyak dugaan bermunculan mengenai putusnya jembatan ini. Mulai dari derasnya air sungai yang mengalir dibawah jembatan tersebut, sampai dengan tanah longsor. Tanah di daerah ini adalah tanah jenis kaolin, dimana tanah jenis ini mudah longsor. Memang hampir semua jenis tanah di daerah Belitung adalah jenis tanah kaolin. Menurut masyarakat setempat jembatan ini pertama kali dibangun pada tahap satu tahun 1996. Masyarakat mengharapkan pemerintah setempat dapat mengontrol dan mengawasi jembatan-jembatan yang ada di daerah mereka.
dok.pribadi
Hujan yang melanda daerah ini juga menyebabkan banjir akhir-akhir ini. Biasanya di kota Tanjung Pandan tidak pernah di genangi banjir. Namun akibat curah hujan yang begitu tinggi, kotanya pun ikut terendam. Biasanya ada beberapa tempat di kota Tanjung Pandan yang memang menjadi langganan banjir. Namun jika hujan, hanya daerah itu saja yang banjir. Memang banjir akhir-akhir ini diakibatkan ekosistem hutan yang kurang terjaga. Memang di Belitung, masih banyak hutan. Namun banyak juga masyarakat yang tidak peduli untuk menjaga ekosistem tersebut. Banyak hutan yang di tebangi untuk membuka lahan pertambangan. Yah seperti yang sudah pernah saya jelaskan sebelumya, di Pulau Belitung memang di kenal sebagai penghasil Timah. Mereka yang membuka lahan untuk mengeruk hasil bumi itu tidak menutup kembali lubang-lubang hasil mereka mengeruk timah tersebut. Jika anda naik pesawat terbang, anda tidak akan percaya bahwa pulau Belitung yang di kenal memiliki pemandangan alam yang bagus terutama pantainya memiliki daratan yang berubang-lubang di antara hutan-hutan hujau yang segar. Memang timah membantu masyarakat setempat didalam perekonomiannya. Namun ironisnya mereka tidak peduli dengan keseimbangan alam yang telah memberikan mereka nafkah, yang telah memperbaiki ekonomi mereka menjadi lebih baik. Mereka tidak menyadari dampak dari ulah mereka sendiri seperti apa. Sebenarnya sudah kelihatan apa dampak dari pembukaan tambang-tambang illegal tersebut. Apalagi saat musim hujan seperti ini. Seperti banjir yang mulai menggenangi kota tahun ini. Apa penyebabnya??? Yaa, memang pohon dan tanah sudah tidak mampu lagi menahan curah hujan yang begitu tinggi.
Selain itu masalah baru telah muncul dengan putusnya jembatan penghubung antara kota Belitung Barat dengan Belitung Timur. Ini juga akan menjadi masalah didalam arus lalu lintas yang digunakan masyarakat setempat untuk melintasi daerah-daerah tersebut menggunakan jembatan tersebut. Memang jembatan tersebut digunakan sebagai jalan pintas dari Belitung Barat dan Belitung timur selain jalan lainnya. Karena melalui jalan lintas ini masyarakat hanya membutuhkan bebrapa jam untuk sampai ke tempat yang mereka inginkan sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Pemerintah juga tidak seharusnya disalahkan didalam hal ini. Karena pemerintah juga sudah mengeluarkan peraturan-peraturan tentang hal-hal yang terkait. Hanya saja kurang perhatian yang serius dari pemerintah itu sendiri untuk mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat terutama kegiatan pertambangan dan penebangan hutan-hutan liar untuk membuka lahan pertambangan. Seharusnya ini diperhatikan dengan serius karena kita sama-sama peduli dengan keadaan daerah kita ini. Alam memang menyediakan seisinya untuk kita kelola dengan baik. Namun pengelolaan itu harus tetap di jaga agar tidak mengganggu ekosistem dan keseimbangan alam akibat aktifitas-aktifitas yang dilakukan. Kita harus tetap menjaga agar bumi kita tetap seimbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H