Lihat ke Halaman Asli

Gilang Mahadika

Social researcher

Rising Anxiety, Ketidakstabilan Pekerjaan, dan Social Security oleh Katherine S. Newman

Diperbarui: 27 April 2020   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cover buku Katherine S. Newman (2008).

Apa yang sangat dicari dan diimpikan oleh kita saat ini lebih dari apapun adalah jaminan kestabilan dan keberlanjutan dari pekerjaan kita, dan satu hal yang kita sangat enggan untuk menerima kenyataaa adalah jatuh menjadi pengangguran yang berkepanjangan. Globalisasi menjadi titik kritik Newman akibat ketidakstabilan pekerjaan yang dialami oleh Amerika Serikat, terutama memberikan tremor bagi para pekerja kerah biru kala itu di Pennsylvania dan Michigan. Pada akhirnya globalisasi menjadi permasalahan semua orang. Sejak 1948 di Amerika Serikat, pengangguran cenderung pada titik tertinggi di akhir masa resesi ekonomi dan hal ini setidaknya membutuhkan sekitar 1,6 bulan dalam masa pemulihan ekonomi, dan 8,3 bulan bagi mereka yang keluar dari pekerjaan dalam periode yang lama untuk dapat kembali masuk ke dalam pasar tenaga kerja (Newman, 2008: 2). Kemunculan ini juga yang membuat perempuan harus keluar dari wilayah domestiknya untuk membantu suami dalam keadaan setengah menganggur (underemployment) meskipun hanya sekedar memeroleh pendapatan tambahan (secondary income) (Elizabeth Warren dan Amelia Tyagi dalam Newman, 2008: 3).

Guy Standing menyajikan kasus seperti yang terjadi di Italia, kota Prato, di mana para pekerjanya hampir keseluruhan adalah orang lokal Italia, hingga pada tahun 1989, sekelompok pekerja dari Cina berumur 38 tahun hadir dan mengembangkan perusahaan garmen seperti yang sudah ada di Prato. Hingga puncaknya, pada tahun 2008, terdapat sekitar 4,200 perusahaan cina di Prato dan 45,000 pekerja Cina yang memproduksi garmen setiap harinya, cukup untuk menyediakan kain bagi dunia. Hal ini yang yang membuat adanya penurunan pekerja lokal Itali sendiri dan mereka cenderung jatuh ke dalam keadaan yang rentan (precarious jobs). Orang lokal Itali sendiri menjadi kehilangan peran proletariannya, dibiarkan saling berebut demi mendapatkan pekerjaan prekariat atau tidak mendapatkan pekerjaan sama sekali (Standing, 2011: 5).

Newman menggambarkan para pekerja di Amerika Serikat menjadi semakin gelisah bukan karena berdampak pada pendapatan mereka, melainkan adanya tekanan dari agensi internasional yang mengontrol kebijakan domestik. Sebuah paham neoliberalisme yang menyulutkan api ketidakstabilan pekerjaan, sentimen anti-imigran, dan upah yang terus menurun bagi warga domestik dan bahkan berakhir jatuh menjadi precariat (Standing, 2011). Meskipun menghadirkan sebuah perdebatan antara Henry Farber dan Ann Huff Stevens mengenai dampak ketidakstabilan pekerjaan yang berubah dalam kurun waktu 50 tahun. Henry Farber dalam tulisan Newman memberikan paparan data survai dari tahun 1973 hingga 2006 bahwa terdapat perubahan yang dramatis bahwa relasi pekerjaan jangka panjang menjadi semakin jarang. Berbeda dengan Ann Huff Stevens yang melihat bahwa perubahannya sangat kecil bagi pekerja laki-laki yang tetap dapat bertahan dalam pekerjaan yang stabil (berjangka panjang). Namun, keduanya sepakat adanya penurunan masa kerja terpanjang yang biasa dimiliki oleh laki-laki.Konsekuensi ini pula yang melahirkan pola baru sebuah kemunculan para pekerja yang masih terlampau muda karena peningkatan kompetisi internasional dan adanya perampingan badan perusahaan yang mulai mengambil korban tenaga kerja saat ini. Hal ini yang membuat banyak pekerjaan kecil, tanpa adanya social security dan upah yang begitu rendah terutama mereka sebagai pekerja kerah biru (Newman, 2008: 85).

Dimulai 1980-an sudah terlihat bagaimana klaim neolibral yang menyatakan tiap negara diharuskan untuk menciptakan "fleksibilitas pasar tenaga kerja" (labor market flexibility), dalam artian, yang pertama adalah fleksibilitas dalam hal upah untuk mempercepat penyesuaian permintaan dan penawaran; fleksibilitas dalam hal pekerjaan, dalam artian, mengubah pola pekerjaan yang dapat mengakibatkan pengurangan keamanaan dan perlindungan dalam bekerja (reduction in employment security and protection), serta fleksibilitas kemampuan yang berati kemampuan dalam menyesuaikan kapasitas pekerjaan dengan mudah (Standing 2011: 6).

Inilah yang menjadi persoalan yang ingin diajukan oleh Newman dari meningkatnya kecemasan (rising anxiety) sebuah ketidakstabilan pekerjaan, dan perlu adanya pengajuan reformasi Social Security (jaminan sosial), dengan menciptakan sektor privat atau langsung diberikan kepada individu melalui pemajakan (taxation). Hal ini terlihat dari bagaimana permasalahan dalam pengelolaan dana pensiun hingga tekanan pada perusahaan dan pemerintah dalam program kesehatan. Sehingga, Newman mengajukan tantangan secara umum di masa depan siapa yang perlu menyediakan jaminan sosial, apakah melalui pemerintah melalui perpajakan, atau dari filantropi sektor privat atau organisasi masyarakat lainnya, atau disediakan oleh aktor pasar sendiri.

Indonesia menjadi negara yang akan bergerak di mana fleksibilitas tenaga kerja akan diutamakan. Universitas-universitas di Indonesia yang menghasilkan orang-orang terdidik akan berakhir secara aneh mengikuti kinerja permintaan dan penawaran. Korporasi tidak selamanya dapat menjamin keamanan para pekerja yang terus-menerus harus menyesuaikan tuntutan permintaan. Pemerintah juga disibukkan oleh beragam persoalan seperti saat ini, pandemi korona, dana pensiun, asuransi kesehatan (BPJS), dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ini dapat menjadi pertimbangan penting untuk membangun keamanan dan jaminan sosial bagi para pekerja yang ada di Indonesia di masa depan, atau bahkan saat ini di tengah pandemi korona.

Referensi

Standing, Guy. 2011. The Precariat: The New Dangerous Class. London: Bloomsbury Academic

Newman, Katherine S. 2008. Laid Off Laid Low: Political and Economic Consequences of Employment Insecurity. New York: Columbia University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline