Lihat ke Halaman Asli

Gilang Mahadika

Social researcher

Sound of Noise: Senandung Para Musisi-anarki dan Kebebasan Bersuara

Diperbarui: 3 Desember 2019   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinemafamily.

Bagaimana jika terdapat musisi-anarki yang membuka ruang musikalitas yang tidak biasa dan berusaha memperlihatkan dunia bahwa musik melebur ke dalam benda-benda di sekitar kita. 

Benda-benda yang sering dijumpai oleh mata dan digunakan sehari-hari ini telah menjadi sebuah komposisi yang menakjubkan. Film ini memberikan gambaran kuat, kembali saya menyebutnya para musisi-anarki yang berusaha mencari suara lain melalui benda-benda tersebut, tanpa menggunakan kekerasan.

Anarkis tidak selalu berhubungan dengan kekerasan. Mengutip dari salah  satu tokoh pemikir anarkis, Alexander Berkman mengatakan bahwa, anarkisme bukanlah bom, kekacuan, atau ketidakaturan. Bukan pembunuhan dan perampokan. Bukan juga perang antara minoritas dengan mayoritas. 

Anarkisme adalah penuntutan kebebasan, melakukan apa yang kita inginkan, memilih jenis kehidupan yang kita mau serta hidup di dalamnya tanpa gangguan, persamaan hak, hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Dalam film ini, model anarki para musisi yaitu mencoba mencari kebebasan bersuara tanpa restriksi apa pun, berasaskan persamaan hak bahwa semua benda kehidupan sehari-hari bisa menjadi instrumen musik.

Film ini menceritakan seseorang tuli-nada yang dikenal dengan Warnebring yang sama sekali tidak dapat mendengar nada atau suara yang berdinamika. Ia bekerja di dalam departemen kepolisian. Yang menjadi menarik dari seorang tuli-nada bahwa ketika seseorang mengajak berbicara dengannya, Ia tidak dapat mendengar suara yang keluar dari mulut lawan bicaranya. Ia hanya bisa menerjemahkan apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya dengan melihat gerak-gerik bibirnya.

Pada saat itu, terdapat seorang komposer dan satu orang perempuan yang sedang mencari sebuah ide untuk memainkan genre noise mereka di ruang publik. Mereka berdua sedang membutuhkan enam drummer yang akan memainkan empat repertoar yang telah dibuat oleh komposernya dan satu orang perempuan itu. 

Dari setiap komposisi lagu tersebut dimainkan di berbagai tempat yang berbeda dengan menggunakan media sehari-hari. Seperti dalam cuplikan ketika Ia mengambil tempat di rumah sakit, maka mereka memainkannya dengan menggunakan alat-alat yang ada di rumah sakit, dan lebih menakjubkannya manusia juga terlibat menjadi instrumen dalam komposisi tersebut dengan mengunakan detak jantungnya yang dipermainkan sesuai dengan tempo yang telah ditentukan oleh metronome. 

Pada komposisi kedua, mereka mengambil tempat di sebuah gedung bank, hal ini menjadi menarik ketika salah satu dari kawanan kelompok noisetersebut bukan berpenampilan seperti perampok, namun tidak menyodorkan pistol. Ia menyodorkan metronome di depan para pegawai dan customer-nya. Mereka hanya ingin memainkan komposisi yang telah dibuat mereka untuk membuat penduduk di sana tidak bosan mendengarkan lagu yang diputar begitu-begitu saja.

Warnebring sebagai pegawai kepolisian melihat kelakuan mereka ini dianggap ulung. Sebelumnya di awal cuplikan Warnebring adalah seorang anak dari kerabat yang pintar dalam hal bermain musik semua, kecuali dirinya karena tuli-nada. Warnebring kemudian merasa ada yang aneh, Ia menganggap kelompok noise ini bukan untuk mengganggu atau melakukan hal yang sifatnya destruktif dalam ruang publik, namun hanya ingin memainkan suara-suara yang ada di sekitar. 

Warnebring akhirnya berusaha meminta kerabat dekatnya yang pintar bermain musik untuk mengajarkan dirinya memahami sebuah ketukan. Menariknya, Warnebring cukup menggunakan ketukan saja untuk menjadikan sebuah komposisi noise yang dapat dinikmati di satu kota dengan dibantu kelompok ulung noise  tersebut memainkan komposisinya Warnebring. 

Dari narasi singkat film tersebut, dapat terlihat bahwa semua yang menghasilkan suara dapat diolah menjadi komposisi musik. Melalui genre noise, kita dapat mengeksplorasi lebih jauh dari sebuah suara yang tidak dapat dituliskan dalam lembar kertas tangga nada, seperti suara dencitan sepatu, kabel jek yang berdenyit, getaran hp, tiupan angin, suara ketikan keyboard, dan masih banyak lagi suara yang dapat jelajahi lalu diolah menjadi sebuah komposisi. Musik hanya soal terpaku dalam satu tempo, namun suara dapat diambil di berbagai sudut semesta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline