Masa Persiapan
Sejak bayi, aku memang sering berpergian. Aku mengetahuinya dari foto-foto dan video rekaman yang orang tuaku simpan. Aku sudah menjadi petualang (berlebihan, ya) sejak aku berumur 4 bulan, dan sejak pengalaman itu aku juga mulai sering berpergian.
[caption caption="Di depan Konter Lion Air (tempat yang sama dengan dibuku yang kupegang)"][/caption]
Saat aku masih berumur 5 tahun, untuk pertama kalinya aku pergi terbang ke Jakarta sendirian, tanpa ditemani siapapun (baca Terbang Untuk Pertama Kalinya di http://www.kompasiana.com/matanlo/terbang-sendiri-untuk-pertama-kalinya_55edb0d62023bd2c0df4fde0). Aku pergi ke Jakarta untuk berlibur kerumah nenekku. Aku terpaksa terbang sendirian karena adikku baru lahir sehingga bunda tidak bisa menemaniku, sedangkan ayahku kerja ke Yogyakarta. Aku pergi ke bandara bersama ayahku namun dengan tujuan yang berbeda. Ayahku pergi ke Yogyakarta sedangkan aku pergi ke Jakarta.
Meski aku sudah sering travelling, aku belum pernah pergi ke luar negeri. 99% dikelasku sudah pernah ke luar negeri. Mengapa 99%? Karena 1% adalah aku, dan aku belum pernah pergi ke luar negeri sebelumnya. Emily, sahabat baikku sudah pernah pergi ke Thailand dan ke Singapura saat liburan. Hanya aku yang belum pernah ke luar negeri. Sebenarnya, aku juga sering iri.
Hari kamis, tanggal 8 April 2014 kemarin, sepulang sekolah Bunda membawa kabar yang sangat membahagiakan aku. Nenekku mengajak aku dan bundaku untuk pergi ke Eropa. Di Eropa kami akan mengunjungi 9 negara yaitu; Paris, Belgia, Belanda, Jerman, Lichstenstein, Austria, Swiss, Italia, dan Vatican. Wah, aku senang bukan main. Aku melonjak-lonjak kegirangan, tapi karena takut disangka gila aku memberhentikan tingkahku yang aneh ini. Sesampainya dirumah, aku pun langsung browsing tempat-tempat yang akan aku kunjungi padahal aku baru berangkat 1 bulan lagi. Malamnya pun, aku bermimpi terbang ke Eropa-Hahahaha……
Hari Jum’at, 9 April 2014, mendaftarkanku untuk mendapatkan paspor di website dinas imigrasi. Mulai dari akte kelahiran, kartu keluarga sampai kartu nikah ayah dan bundaku. Semua di-scan dan dikirimkan. Saat itu juga aku langsung mendapat jadwal untuk wawancara dan pengambilan foto. Aku dapat jatah hari senin tanggal 12 April. Terus ayahku pergi ke BNI untuk membayar biaya pembuatan paspor sebesar 255 ribu rupiah.
Hari Senin, 12 April 2014 aku, bunda dan ayahku berangkat ke kantor imigrasi. Sebelumnya bunda juga sudah menelepon ke guru wali kelasku dan memberitahukan kalau aku akan datang terlambat. Aku akan datang terlambat karena aku harus menunggu ini-itu. Kalau saja hanya foto 1x saja, aku juga tidak akan datang terlambat. Masalahnya aku harus di scan dulu fingerprintsnya, menunggu entah apa yang aku tidak tahu, antri dan sebagainya.
Di kantor imigrasi, aku, bunda dan ayahku mengambil nomer antrian. Aku duduk di ruang tunggu dengan jantung berdegup kencang. Tiba-tiba namaku terdengar. Kepada om petugas kantor imigrasi, bunda menunjukkan dokumen-dokumen asli yang sebelumnya sudah di scan. Om petugas mencocokkan dokumen-dokumen itu. Lalu tidak lama kemudian namaku dipanggil. Aku dan kedua orang tuaku masuk ke ruangan untuk foto. Jari-jariku ditempelkan ke sebuah alat untuk mengambil foto sidik jariku. Dan kemudian aku difoto untuk dipasang di paspor, selesai. Om petugas bilang, pasporku boleh diambil tiga hari lagi.
[caption caption="Aku memasukkan tas untuk di-scan"]
[/caption]
Tiga hari kemudian ayah mengambil pasporku. Pulang sekolah aku sudah punya paspor dan besoknya langsung dikirimkan ke Jakarta untuk pengurusan visa. Aku akan berangkat ke Eropa tanggal 20 mei 2014. Aku sudah amat sangat tidak sabar. Setiap bangun aku selalu mengecek tanggal untuk tahu berapa hari lagi aku akan pergi.