Lihat ke Halaman Asli

[CeritaKopiku] Kliyengan Kopi Hawaii Tanjungpinang

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya seperti berada pada “dua cinta” antara teh dan kopi. Betul, saya jatuh cinta dengan kopi, addict malah, tapi saya juga mencintai teh. Ya sudahlah,  akhirnya saya memilih ‘berpoligami’ rasa, karena dua-duanya tak bisa saya tinggalkan. Saya akan bercerita, tentu saja versi lidah saya, tentang kopi duluan. Begini….

 

KISAH pertama saya adalah kopi Hawaii. Ketika saya ada tugas ke Tanjungpinang Kepulauan Riau [Kepri], yang pertama saya tanyakan kepada sahabat saya Bang Enda –ini, pentolan musisi rock di Tanjungpinang—adalah: “ada nggak kopi enak di Tanjungpinang?”. Pertanyaan bodoh, karena sebelumnya saya sudah googling juga, dan menemukan nama kopi Hawaii itu. Tapi tetap saja saya menunggu jawaban ‘pamer’ dari Bang Enda, “adalah, nanti kau bakal kliyengan minumnya!”. Wah, yang soal kliyengan itu, tidak ada di google.

Sesampainya di Tanjungpinang yang menyambut dengan panas terik, tak serta merta saya tanyakan kopi itu. Santai dululah. Ketika sore mulai menyapa, barulah saya rewel  menagih janji untuk menikmati kopi Hawaii itu. Saya harus tersipu malu, karena ternyata sebutan Hawaii  itu tak merujuk pada jenis kopi, tapi lebih kepada sebutan warungnya. Ternyata menu di sana sama halnya dengan di warung-warung kopi biasanya, seperti teh’o susu, teh’obeng, dan lain-lain. Dan yang menjadi unik di menu ini adalah adanya kopi kaleng, kopi susu kaleng, teh’o kaleng, milo susu kaleng, milo susu’o kaleng, dan susu kaleng.  “Jangan komplen dulu, nanti kau rasakanlah kopinya,” celoteh Bang Enda sambil terkekeh melihat kebingungan awalku.

Ada satu tempat yang konon menjadi cikal bakal beredarnya kopi Hawaii ini, nama daerahnya Kijang. Untuk penduduk Pulau Bintan dan Kepulauan Riau, daerah tersebut sudah sangat legendaris. Konon pelangggannya melewati batas pulau. Saya yang sudah penasaran merengek pingin buru-buru ke Kijang. Tempatnya tak terlalu besar, dan mungkin terkesan kumuh awalnya. Tapi jangan ditanya pengunjungnya, berjubel.  Ekspektasi awal yang salah tentang tempat yang terkesan tak rapi itu.

Kaya apa sih bikinnya? Simpel ternyata, tidak ada yang ribet: pertama-tama serbuk kopi diseduh dengan air sampai mengental, kopi tersebut disaring sampai hilang semua ampasnya. Dan setelah itu kopi tersebut dituang sesuai keinginan pemesan. Saya memesan yang tanpa susu, karena ingin benar-benar merasakan kopi aslinya. Oh ya, saya juga tanpa gula.

Begini rasanya: disajikan dalan cangkir kecil, kopi terlihat hitamnya pekat dan kental. Aroma harumnya dari jauh sudah tercium. Biji kopinya konon didatangkan dari Jambi, dari jenis Robusta. Ketika saya cicipi, yang pertama di terasa di lidah saya adalah: rasa yang kuat dan tajam. Dan itu terasa sekian detik seperti menempel di mulut. Jangan ditanya perasaan saya, karena semua tulisan di internet yang merekomendasikan kopi ini, ternyata bukan omong kosong.

Cangkir itu sudah kosong, ketika saya dicegah untuk memesan cangkir ke dua. “Jangan dulu, nanti kau kliyengan, repot!” seru Bang Enda lagi. Dan saya yang masih sok-sokan jetlag, memilih ikut saran itu.  Harus saya katakan, pengalaman ngopi Hawaii ini member kesan yang menggairahkan. Dan saya sudah memastikan, sarapan pagi saya di hari-hari berikutnya, harus ada menu kopi itu.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline