Lihat ke Halaman Asli

Satanisme Dalam Musik: Omong Kosong, Fakta atau Fashion?

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dulu, saya nyaris meyakini ada yang namanya ‘musik setan’ atau diabolus itu. Dengan bodohnya, saya membakar semua kaset-kaset musik rock [limited edition pula] karena –konon—musik rock adalah representasi setan itu sendiri. Tindakan yang akhirnya saya sesali.  Kaset kesayangan musnah, dan idiom musik setan itu membuat saya kini tertawa geli.

+++

KARL MARX pernah menyebutkan, peristiwa yang terjadi kali pertama adalah tragedi. Jika produksi kembali, maka tragedi itu berubah menjadi komedi. Saya tak ingin mengulanginya karena saya bukan “komedian.” Saya ingin mengamini musik dalam kacamata seorang Schopenhauer  dari  Jerman:

Seni yang tertinggi ialah musik. Alam adalah musik yang telah terjelma didalam barang-barang. Musik adalah seni yang terselinap didalam dunia ini, dan ia merupakan sesuatu yang sangat menenangkan, tapi tidak dapat dinyatakan; ia mirip dengan sorga yang telah kita kenal tapi tidak pernah dapat kita ketahui, sangat masuk akal tapi sama sekali tidak dapat diterangkan”

Ini kisah nyata. Di sebuah  rumah mewah bercat putih, berpagar tinggi –warna putih pula--  di daerah Jakarta Selatan, satu mobil sedan berwarna hitam masuk.  Tidak ada tetangga yang peduli tampaknya, karena nyaris tidak ada yang menoleh ketika sesosok pria bule, turun dan menggandeng seorang perempuan kulit putih dengan mata sipit masuk ke dalam rumah tersebut.

Di dalam rumah tersebut sudah berkumpul beberapa orang yang saya tidak kenal. Dan di salah satu ruangan itu, terdengar bising musik –kebetulan rock—yang sayangnya tidak terlalu saya perhatikan band apa dan siapa penyanyinya.

Belakangan saya tahu, rumah tersebut adalah sekelompok orang –rata-rata anak muda—yang membuat kelompok pemujaan. Mereka menyebut dirinya pengikut Lucifer.

Bukan soal Lucifer atau upacara pemujaan dedemit itu yang ingin saya kupas. Tapi penggunaan musik [dan rock] sebagai atribut dalam ritual itu yang menganggu saya.  Tudingan bahwa musik terdikotomi “hitam dan putih” pun kembali menyeruak. Dan rock adalah ranah paling empuk sebagai tempat serapah  musik setan itu.

+++

DIABOLUS BERNAMA ALEISTER CROWLEY

Marilah kita awali dengan seorang manusia bernama Edward Alexander Crowley [1875-1947].Diakuiatau tidak, pria ini adalah sosok dibalik “kebrutalan” musik rock, hingga mendapat stempel satanis dari banyak orang. Crowley pernah dinobatkan sebagai ‘Manusia Paling Jahat di Muka Bumi’ oleh media massa Inggris. Kenapa? Karena terang-terangan menyebut dirinya pemuja seks, mistis, narkoba dan hedonisme. Pokoknya, kebejatan adalah kebahagiannya.

Dan beberapa band rock dunia mendudukkannya pada tempat terhormat sebagai “guru utama” musik rock. Ajaran Crowley yang paling terkenal adalah, “Do what thou wilt shalt be the whole of the law”  [Apa yang engkau ingin lakukan menjadi keseluruhan aturan hidupmu] yang menjadi “mantra” dalam revolusi obat bius, seks tidak wajar, dan anti Kristen pada tahun 60-an.

Menarik mencermati Aleister Crowley. Dia lahir dari keluarga Kristen fundamentalis yang juga pemilik perusahaan pembuatan bir. Di awal kuliahnya, Crowley menjadi “penghisap” terbesar kekayaan keluarganya. Pada Desember 1896, Crowley mulai mendalami okultisme dan mistisisme. Ia kemudian menerbitkan buku puisinya yang pertama berjudul Aceldama.

Ketika menjadi mahasiswa itulah, Crowley terlibat dalam kelompok okultisme bernama Golden Dawn. Dan inilah awal “karir” sebelum akhirnya menarik pengikut bahkan di jaman ketika Crowley sudah mati. Tapi peninggalannya seperti okultisme, hedonism, seks liar dan ritual esoteric, menjadi “soko-guru” dari banyak musisi [dan apa boleh buat, musisi rock].

+++

MUSISI “MURID” ALEISTER?

Seberapa kuat pengaruh Crowley? Beberapa band rock legendaris yang menjadi pengaruh rock ke seluruh dunia, terang-terangan menjadi pemujanya. The Beatles atau Led Zeppelin adalah diantaranya. Terlepas apakah itu fashion atau cara untuk menarik perhatian fansnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Mike Johnson, seorang musisi rock yang akhirnya berhenti bermusik, seorang murid Crowley yang dianggap paling serius adalah gitaris Led Zeppelin, Jimmy Page. Page membeli “house of horrors” di Boleskine, terletak di Lock Ness. Boleskine adalah tempat yang dipakai Crowley melakukan ritual satanisme termasuk pengorbanan dengan darah.

Crowley dikuburkan di dalam sebuah kamar gelap di Boleskine. Ajaran yang paling terkenal Crowley “Do what thou wilt shalt be the whole of the law” bahkan sempat diukir Page di atas vinil album ketiga Led Zeppelin, “Zeppelin III”, “Do what thou wilt. So mete it Be.” Tanpa diketahui penonton, sesungguhnya selama berlangsungnya konser Zeppelin, Page melakukan ritual “agama” Crowley disela-sela konsernya.

Kemudian Black Sabbath era Ozzy Osbourne.  Simak pernyataan Bill Ward, anggota grup itu berkata: “Bisa jadi iblis itu adalah tuhan.” Pemain bass Geezer berkata:  “Saya dapat melihat setan-setan dan saya sendiri adalah Lucifer (iblis sendiri). Dunia ini adalah dunia setan.” Kemudian, vokalis utamanya ketika itu, Ozzy Osbourne juga pernah mengatakan, ”Saya duduk dan berpikir, betul atau tidak kita ini dipengaruhi oleh kekuatan dari luar. Apa pun kekuatan itu, saya harap tidak seperti yang saya pikirkan yaitu iblis.” Meskipun, Ozzy sempat melakukan kelakuan bodoh untuk mempertegas ritual okultismenya, menghisap darah kelelawar di atas panggung. Hasilnya? Ozzy kena penyakit dan harus diopname di rumah sakit akibat kelakuan anehnya itu.

Kemudian Jim Morrison, superstar the Doors, yang mati “secara aneh dan misterius” pada 3 Juli, 1971 terlibat sangat dalam dengan okultisme. Tidak banyak orang tahu, sewaktu Morrison menikahi isterinya, dia memilih ritus perkawinan Wicca [aliran sihir kuno di Inggris] untuk mengesahkan pernikahan mereka. Keduanya berdiri di atas gambar pentagram sambil meminum darah masing-masing. Pada cover belakang album the Doors “13”, nampak kelompok the Doors berkumpul mengelilingi sebuah patung kepala Aleister Crowley. Morrison mengakui bahwa setan merupakan sumber ilham musiknya.

Atau Varg Vikernes, gitaris band asal Norwegia, Mayhem’ saking kelewat mencintai setan ia membakar 3 gereja di Norwegia dan menikam mati temannya sendiri sesama gitaris di ‘Mayhem’, Øystein Aarseth alias Euronymous. Varg dijatuhi hukuman 21 tahun penjara di tahun 1993 dan baru bebas tanggal 22 Mei 2009 lalu. [baca: Black Metal – The Rise & The Fall, SoundUp No. 13/Vol.2/April 2007]

Era baru “pemberontakan” pada Tuhan lahir pada musisi rock seperti Marilyn Manson. Terlahir dengan nama Brian Hugh Warner, ketika terjun ke dunia musik memilih nama gabungan dari Marilyn Monroe yang cantik dengan Charles Manson, pembunuh terkenal di Amerika yang kejam dan tak kenal ampun. Lirik-liriknya memang tak lepas dari  kebejatan moral, kekerasan, keputusasaan, seks, narkoba dan sejenisnya. Konon, pria berwajah aneh ini, mengoperasi tulang belakangnya, supaya bisa melakukan oral pada kelaminnya sendiri.

Sering kali ketika akan konser di satu daerah, Manson didemo masyarakat bahkan sampai diusir pemerintah daerah setempat yang takut dengan pola-pola anti Tuhan pun okultisme yang kerap ditampilkannya di atas panggung. Meski tak lazim dan keluar dari jalur normal, musik yang sering dicap sebagai musik setan dan anti Tuhan seperti ini tetap saja banyak penggemarnya.

Beberapa band yang kerap ditemui dalam semua tulisan tentang satanic, coba saya list dibawah ini. Marylin Manson, Manheym, Slayer, Slipknot, Murderdolls, Evilheart, GNR, Six Feet Under, Black Dahlia Murder, Mudvayne, Lacuna Coil, Iron Maiden, Judas Priest, Dream Evil, Danzig, Benedictum, Son Of A Bitch, Metal Church, Suffocation, Behemoth, Emperor, Marduk, Satyricon, Immortal, Gorgoroth, Darkthrone, Melechesh, Dark Funeral, Lord Belial, Naglfar, Burzum, Adramelech, Anal Bleeding, Amputated Genitals, Gorgasm, Krisiun, Bloodchurn, Prostitute Disfigurement, Liturgy, Within Temptation, Edenbridge, Lunatica, Apocalyptica, To Die For, Death Angel, Sodom, Holocaust, Blitzkrieg, Venom, Pentagram, Saint Vitus,Children Of Bodom, Megadeth, Angel Witch, Pagan Altar, Widow, Witchfynde, Hell Satan, Cloven Hoof, Warhammer, Onslaught, Sabbat, Antichrist-Ragnarok, Cradle Of Filth, Megiddo Bal Sagoth, December Moon, Ewigkeit, Adorior, Hecate, Enthroned, Phantasia, Forefather, Meads Of Asphodel, Reign Of Erebus, Thus Defiled, Old Forest, Annal Nathrakh.

Perhatikan baik-baik, mungkin ada band yang sedang kamu gilai?

+++

BENARKAH ADA MUSIK SETAN?

Sayangnya, sampai saat ini belum pernah ada orang yang berhasil mewawancarai setan [termasuk saya] dan bila ada setan betulan yang bisa diwawancarai, mereka pasti menolak apabila musik-musik yang dicirikan sebagai musik setan itu sebagai musik mereka.

Yang diklaim sebagai musik setan, sebenarnya lebih kuat bukan pada sisi musikalitasnya tapi pada tema lagu dan lirik yang tertulis. Musik setan sendiri oleh beberapa kalangan disebutkan sebagai musik-musik yang dekat dengan kebejatan moral, kekerasan, keputusasaan, seks, narkoba dan sejenisnya. Blues juga sempat dituduhkan sebagai musik setan karena melodinya yang sering dikategorikan sebagai musik putus asa.

Sampai-sampai tokoh legendaris musisi blues, Gary Davis (30 April 1896 – 5 Mei 1972) berhenti bermain musik dan jadi pendeta karena stempel musik setan yang dilekatkan dalam blues. Band-band yang menyuarakan pemberontakan dan kebebasan, yang dekat dengan kebejatan moral, kekerasan, keputusasaan, seks, narkoba dan sejenisnya sering mentahbiskan diri sebagai anti Tuhan.

Di Indonesia pun, tidak luput dari geliat musik yang dianggap musik setan itu. Beberapa band underground dan progresif kerap menggunakan simbol-simbol mistis dalam aksi panggungnya. Sebut saja band prog-rock In Memoriam yang pernah mengusung keranda mayat dalam aksi panggungnya. Atau Santet, band underground dari Jawa Tengah, yang dari namanya saja membuat kita merinding. Dulu malah ada Rawe Rontek, band rock yang selalu menampilkan debus sebagai gimmick di panggungnya. Apakah mereka kemudian kita kategorikan musik [dan musisi] pemuja setan?

Jangan sampai kemudian muncul sindiran tentang Tuhan dan iblis, seperti yang disosorkan Günter Grass, sastrawan Jerman peraih Nobel di bidang kesusasteraan tahun 1991, yang pernah menyentil satir dan mempertanyakan Tuhan dalam novelnya, ‘Katz und Maus’ (1961):

“Saat Tuhan masih duduk di bangku Sekolah Dasar di surga sana, Tuhan pernah memiliki gagasan untuk menciptakan dunia bersama teman sekolahnya, Iblis yang berbakat.”

Bukan karena tidak ada Tuhan, tapi karena tudingan dan klaim-klaim itu dipakai sebagai guillotine oleh genre yang dianggap lebih “ber-Tuhan”. Sepertinya memang tak pernah ada wawancara eksklusif pada setan dan malaikat tentang musik mereka, jadi memang sulit dicari bedanya, apalagi mencirikannya.

Seperti Schopenhauer bilang, ….musik  mirip dengan sorga yang telah kita kenal tapi tidak pernah dapat kita ketahui, sangat masuk akal tapi sama sekali tidak dapat diterangkan” atau dengan jahil saya ubah, “…musik juga mirip dengan neraka [baca: setan] yang kita dengar tapi tidak pernah juga kita ketahui”

+++

BE YOUR OWN DIABOLUS

Majalah ini tidak akan menjadi hakim atas musikalitas dan musik apapun. Tudingan dan serapah musik setan, hanya membuat musisi itu “lemah” berkarya. Ketika musik –apapun jenisnya—membawa kebahagiaan dan kegembiraan buat diri sendiri atau orang lain, sebenarnya kita sudah berada di surga. Kalau kemudian membuat galau, meresahkan jiwa dan membuat kita marah, meledak dan mengamuk, anggap saja kita sedang jadi setan. Tapi bisa nggak jadi setan buat diri sendiri saja? Jangan nyetanin yang lain. Jadilah diabolus-mu sendiri….

#dimuat juga dalam blog pribadi: airputihku.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline