Lihat ke Halaman Asli

Mataharitimoer (MT)

Blogger, bekerja paruh waktu dalam kegiatan literasi digital untuk isu freedom of expression dan toleransi lintas iman.

Menyikapi Rupiah

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah dapat uang US Dollar yang lecek atau sobek? Sepanjang pengalamanku transaksi di Sentra Komputer Jakarta, uang Dollar yang beredar rata-rata licin. Paling tidak, pemiliknya benar-benar menyimpan uang tersebut hati-hati. Bukan hati-hati dari copet atau jambret, tapi mereka tak mau uangnya cacat, misalnya lecek apalagi ada yang sobek. Bagaimana sikap kita terhadap uang kita sendiri? Kemarin (entah sudah berapa kali) aku menemukan 2 lembar seribuan dari kantong baju. Uang itu kuterima sebagai kembalian dari sebuah loket di stasiun kereta. Kondisinya sangat memprihatinkan, sudah lecek, sobek pula. Bahkan yang selembar lagi sudah ditambal dengan solasi. Tetapi mengapa uang tersebut masih beredar di pasaran? Aku berpikir untuk membelanjakan kembali uang itu. Tapi... ah, nyaliku tak terlalu tebal. Malu rasanya. Banyak yang kupikirkan. Kalau dibelanjakan lagi, kasihan sekali pedagang yang mendapatkan uang itu. Kalau buat tambahan bayar Tol, Parkir, ah... aku gak berani. Kasih tukang ngamen? Ah.. nggak juga. Walaupun mereka tak tahu kondisi uang saat kumasukkan ke kantong plastik permennya, tapi kasihan juga kalau uang tersebut mereka terima. Ya sudahlah, daripada 2 lembar uang itu masih beredar, lebih baik aku pensiunkan. Simpan saja di rumah buat kenang-kenangan sekaligus pembelajaran buat anak-anakku tentang bagaimana merawat uang. Sekarang sedang ramainya orang bicara tentang redenominasi rupiah. Uang Rp.1.000 dipangkas jadi Rp.10 atau Rp.1. Aku belum mengerti benar baik-buruknya. Baru mencoba mempelajarinya dari artikel Pak KK dan grup Facebooker Dukung Redenominasi Rupiah, yang digagas oleh Bang Jet. Tapi biarlah itu jadi urusan para ahli. Bagiku yang penting bagaimana memperbaiki sikap kita terhadap Rupiah kita sendiri. Sebisa mungkin, berusaha untuk menyortir yang masih layak pakai dengan yang memalukan harga diri jika tetap dipakai. Seperti secengan lecek yang kupensiunkan peredarannya. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline