Lihat ke Halaman Asli

Demokrasi Basi

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini semua soal koalisi, kepentingan adalah harga mati

Si kaya bebas mengatur negeri, si miskin hanya bisa mencaci

Apakah ini adalah tempat yang pantas untuk kita sebut sebagai sebuah negeri? Faktanya ini adalah tempat yang ngeri

Dahulu kita semua pernah bermimpi, tinggal ditempat yang memiliki hati

Berfikir dengan nurani, selalu menjunjung tinggi hak asasi bahkan ber demokrasi

Namun kini semua berbanding terbalik, yang jahat terlihat baik

Yang terlihat tulus malah berfikir picik

Pemimpin di negeri yang katanya negeri demokrasi ini selalu bertutur santun

Kalimatnya terdengar seperti pantun, bahkan melakukan pencitraan beruntun

Citra di negeri ini sudah biasa, bahkan “saya prihatin” pun dijadikan bumbu penyedap drama

Pemimpin di negeri ini sering berkata “saya marah” , padahal hanya memikirkan perut dan orang-orang di sekitar rumah

Jika ada hal yang tidak memihak rakyat mereka tak pernah bergeliat

Bahkan tak ada waktu untuk perduli dan melihat, mereka hanya pandai menjilat

Negeri ini memiliki cerita sendiri, air matanya bercerita tak pernah henti

Diawali dari “merdeka ataoe mati” hingga reformasi dan demokrasi, ya akhirnya demokrasi basi

-@matadantelinga-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline