Bulan Juli bertepatan dengan musim kelulusan dan setelah itu rame-rame sibuk mencari tempat kuliah untuk lanjut ke pendidikan tinggi seperti Universitas, Sekolah Tinggi atau Akademi-akademi. Seperti pada umumnya musim penerimaan mahasiswa baru bulan Juli, Agustus bahkan september masih ada yang menerima penerimaan mahasiswa baru. disisi lain orang tua merasa senang melihat anaknya lulus, namun kemudian ada pekerjaan rumah lainnya yaitu pendidikan lanjutan. tentu saja semua itu harus mempersiapkan dana yang tidak sedikit. untuk tahun ini waktu penerimaan mahasiswa baru baik perguruan tinggi Negeri maupun swasta rata-rata berada di bulan juli-agustus, dimana pada bulan tersebut dibutuhkan juga dana yang tidak sedikit untuk proses bulan puasa dan yang paling besar ada untuk persiapan lebaran, mudik kekampung lah atau bersilaturahim dengan keluarga yang nun jauh disana yang tentu saja dibutuhkan dana yang tidak sedikit untuk itu semua.
Untuk perguruan tinggi swasta banyak yang membuka PMB sampai bulan agustus itu artinya ada hari besar disana yaitu hari Raya Idul Fitri atau lebaran. kebanyakan dari orang tua siswa mereka harus menahan pembayaran uang kuliah sampai dengan setelah lebaran, padahal resiko kehilangan atau kepakainya dana tersebut sangat besar, maklum lebaran banyak kegiatan budaya yang memakan biaya, seperti bagi-bagi uang untuk sodara, tetangga, anak yatim dan lain-lain, itu mungkin belum seberapa, tapi kalo sudah pulang kampung plus acara jalan-jalan ke tempat wisata sudah dipastikan akan banyak memakan dana.
Lalu bagaimana mensiasati itu semua. tentu saja kita harus arif dan bijaksana jangan sampai mimpi dan cita-cita anak-anak kita dibidang pendidikan harus terganggu atau bahkan terancam gagal karena hal yang tidak diperhitungkan dengan baik. Lebaran memang penting, mudik memang penting, tapi saat dana kita terbatas dan ada rencana-rencana mulya seperti pendidikan anak-anak seyogyanya untuk memprioritaskan cita-cita pendidikan tersebut.
untuk lebih baiknya mungkin cermat dan pandailah mengukur kemampuan keuangan diri sendiri, karena sekolah di Indonesia masih menjadi sesuatu yang harus dibayar mahal. pendidikan yang baik dan bertaraf nasional dan internasional masih milik seolah-olah mereka-mereka yang memiliki kelebihan keuangan.
cobalah dan sering-seringlah berdiskusi dengan keluarga dan orang tua, utarakan semua cita-cita dan keinginan, selanjutnya proses harus dilalui dengan serius seperti komitment untuk melalui proses belajar dengan cara-cara yang baik bahkan jika mungkin berprestasi di sekolah atau kampus. sehingga dengan demikian semua investasi dan kelelahan orang tua akan terbayar dengan kebanggaan memiliki anak sesuai dengan cita-citanya.
jika belum berhasil mendapatkan perguruan tinggi negeri cobalah untuk mencari tempat kuliah swasta yang baik, berbiaya terjangkau dan tetap mengedepankan kualitas. carilah ilmu yang cepat dicari oleh pasar seperti kuliah kesehatan diantaranya adalah analis kesehatan, farmasi, keperawatan, bidan, kesmas, manajemen pelayanan rumah sakit, gizi, radiografi, fisio terapi dan teknik elektro medik yang mana ilmu-imu tersebut masih sangat jarang dan sangat dicari oleh pasar. antara angka kelulusan dan kebutuhan pasar sangat tidak seimbang, sehingga nantinya lulusan akan mencari barang yang langka dan menjadi rebutan, belum lagi kesempatan untuk mengembangkan menjadi wirausahawan dibidang kesehatan sangat menarik seperti usaha laboratoirum, ahli gizi atau konsultan gizi, buka praktek bidan, perawat dan sebagainya. salah satu Universitas yang menciptakan ahli-ahli tenaga kesehatan adalah STIKES MH Thamrin Jakarta.
semoga saja tulisan ini bermanfaat, dan semoga kita semua bisa dan mampu secara bijak melihat kehidupan kita di masa mendatang. (yons)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H