Ekonomi Indonesia berada di tangan baru. Kepemimpinan Prabowo-Gibran 2024 di bawah kabinet merah putih menjadi corong perubahan arah perpolitikan.
Akankah Indonesia mampu memainkan peran di kancah internasional atau terlelap dalam hutang lebih besar ?
Pandangan publik pada sosok Prabowo-Gibran belum sepenuhnya tergambarkan. Sebagian menganggap kabinet baru di bawah presiden prabowo terlalu gemuk dan berpotensi menghisap anggaran negara lebih banyak.
Kedepannya, Indonesia harus bersiap menghadapi isu krisis pangan dan perubahan iklim. Dalam kancah internasional, Prabowo diharapkan lebih terlibat aktif dalam isu perdamaian dunia.
Namun demikian, dimensi perpolitikan Indonesia kelihatannya berputar dalam skema kebijakan baru dan beberapa janji politik. Arah kebijakan Prabowo-Gibran mungkin saja mengatasnamakan kepentingan partai politik pengusung.
Jika ini terjadi, maka anggaran besar rawan kebocoran di tengah jalan.
Persaingan politik, ekonomi dan kekuasaan di tingkat regional menempatkan Indonesia pada posisi strategis. Indonesia tidak boleh gegabah mengeluarkan pernyataan di tengah pergeseran arah kekuasaan dunia.
Suara Indonesia tidak hanya menentukan kedaulatan wilayah dan kekuatan ekonomi, namun juga cerminan arah geopolitik jangka panjang.
Di satu sisi, Indonesia memiliki letak strategis di persimpangan Asia Tenggara dan Samudra Hindia. Peluang memimpin dunia terbuka lebar dengan tantangan yang harus dihadapi oleh pemimpin baru.
Sumber daya melimpah dan peluang meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi adalah kunci perubahan poros ekonomi regional. Dalam artian, Indonesia benar-benar dihadapkan dalam arus pusaran geopolitik baru.
Kabinet Merah Putih dan Nasib Bangsa
Kabinet merah putih terdiri dari 48 menteri. 23 diantaranya berasal dari partai politik. Dengan demikian, arah kebijakan Prabowo-Gibran berada pada jurang besar, antara mengakomodir kepentingan suara partai atau mengedepankan nasib bangsa dan kesejahteraan rakyat.