Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Jalan Kaki, Melihat Sisi Lain Kehidupan

Diperbarui: 20 Oktober 2024   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan kaki|dokpri

Saya rutin berjalan kaki mengelilingi kawasan pinggiran kota. Minggu lalu saya berjalan sejauh 8 kilometer melewati tiga desa sekaligus. Dalam perjalanan, saya menemukan beberapa pemandangan menarik.

Jalan kaki memberi pelajaran berharga yang tidak mungkin saya dapat ketika mengendarai motor atau mobil. Contohnya, ketika melewati sebuah gang kecil, saya menyaksikan seorang anak sedang memandikan ayahnya yang duduk di kursi roda.

Kebetulan sang anak sedang menyiram ayahnya tepat di depan rumah. Sambil berjalan, saya sejenak berpikir jasa sang ayah pada anak dahulu kala. Di masa tua, beliau harus menetap di kursi roda untuk sekedar mandi dan berjemur.

Hanya sedikit anak yang mau berbakti kepada orangtua. Cara orangtua mendidik anak memberi gambaran bagaimana anak kelak membersamai orangtua di masa tua.

Hari ini selesai makan pagi, saya kembali berjalan sejauh 3 kilometer. Saya melewati banyak rumah warga di pinggir desa. Kebetulan desa yang saya lintasi masih ditumbuhi pohon-pohon besar.

Suasana jauh lebih adem. Terik matahari tidak langsung menyengat tubuh. Angin sepoi-sepoi begitu terasa merasuk ke tubuh. Berbeda sekali ketika melewati area perumahan elit. Rumah dikelilingi beton dan dinding tinggi ditumbuhi sedikit tanaman dan pepohonan.

Kadangkala saya berpikir, sekat pemisah antara orang kaya dan miskin adalah pohon-pohon rindang dan dinding beton. Kawasan desa dengan kaya oksigen, sementara kawasan kota menghasilkan panas berkali lipat.

Saya kembali berpas-pasan dengan sebuah rumah kecil, berdindingkan seng bekas. Rumah ini lebih kelihatan seperti sebuah ruangan kecil. Disana sebuah keluarga berdiam. Tepat di sebelahnya terdapat pohon besar yang rindang. Keluarga  yang sangat sederhana dan mungkin saja paling bahagia.

Ya, setiap hari saya mempelajari filsafah kehidupan dengan berjalan kaki. Saya bersyukur dengan nikmat kesehatan dan kemampuan berjalan puluhan kilometer. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline