Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Tentang Seorang Sahabat yang Telah Pergi Selamanya

Diperbarui: 9 September 2024   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepergian seorang sahabat|lustrasi: freepik.com

Awal pagi yang cerah, sebuah status WA memberi pesan. Seorang sahabat telah pergi untuk selamanya.

Beberapa hari yang lalu, seorang teman akrab telah dipanggil kembali ke hadapan yang maha kuasa. Saya sempat berinteraksi dengannya dua bulan yang lalu. 

Kepergiannya sungguh tidak disangka. Terdengar kabar jika ia mengalami sesak nafas setelah mengisi kajian di sebuah masjid. Sebuah akhir hidup yang istimewa bagi seorang muslim.

Setidaknya 10 tahun sudah ia berjuang menghadapi penyakit stroke. Ia terkenal akrab dengan siapa saja. Sosoknya begitu sopan ketika berinteraksi dengan orang lain. 

Berita kepergiannya tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga, namun juga kesedihan mendalam bagi teman-teman seperjuangan. Teman yang suka membantu, ramah dan pintar.

Selesai menamatkan strata satu (S1), ia langsung diterima sebagai kandidat dosen di sebuah kampus ternama. Umurnya ketika itu masih 22 tahun. Bermodal beasiswa, lalu ia berangkat untuk melanjutkan S2 di Bandung.

Saya mengenalnya sebagai sosok yang rajin dan sangat pintar. Yang membuatnya istimewa adalah kemampuan membaca Al-Quran dengan irama sangat merdu. Suaranya jernih dan halus, begitu enak didengar.

Selesai S2, ia kembali ke kampus untuk mengajar pada fakultas keguruan. Tidak lama ia kembali melanjutkan S3 di kampus yang sama. Setengah perjalanan, cobaan menimpanya. Ia terkena stroke hingga separuh tubuh sulit digerakkan.

Saya sempat mengunjunginya dan bertemu beberapa kali paska stroke. Walaupun mendapat cobaan berat, ia terlihat tegar dan kuat. Sesi terapi puluhan atau mungkin ratusan kali sudah dijalani sebagai sebuah ikhtiar.

Sampai ke dokter ahli sarafpun sudah ia temui. Motivasinya untuk sembuh begitu kuat. Dengan keterbatasan bergerak, ia masih saja aktif mengajar di kampus untuk mengabdi dan meneliti sambil terus menjalani terapi berulang kali.

Hampir semua teman memiliki kesan yang sama. Tiga kata melekat padanya; sopan, ramah, dan pintar. Ia menguasai tiga bahasa asing dengan lancar: Arab, Inggris, dan Jepang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline