Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Negara Subur, Rakyat Meninggal saat Antre Makanan

Diperbarui: 15 Agustus 2024   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi driver ojol antri|sumber: https://otomotif.kompas.com

Satu hari lagi hari kemerdekaan tiba. 79 tahun memperingati hari kebebasan dari tangan penjajah. Indonesia, negara yang subur dan kaya akan hasil alam.

Indonesia sejatinya belum sepenuhnya merdeka. Beberapa hari yang lalu, seorang driver meninggal sedang mengantri makanan yang akan diantarkan ke pelanggan.

Bagaimana mungkin negara yang subur dan berlimpah sumber daya alamnya memperlakukan warganya seperti ini?

Kenyataan yang pahit, namun mesti dicerna oleh akal sehat yang sedang sakit. Petani di Indonesia masih mengantri pupuk untuk mempertahankan tanaman agar sehat di tanah yang subur.

Kelaparan tidak hanya dirasakan oleh satu atau dua orang semejak kemerdekaan. Di pelosok sana, puluhan atau bahkan ratusan berjuang melewati jembatan di atas sebuah sungai berarus mematikan.

Di gedung-gedung mewah nan megah, para elit mencicipi makanan lezat hasil tanaman petani. Disana pula mereka mencekek rakyat dengan pajak dalam naskah yang bijak.

Katanya, pajak membantu rakyat miskin dan memperbaiki fasilitas umum. Faktanya tidak demikian, rakyat miskin tetap bertahan dengan penghasilan yang tidak menentu.

Saat hasil alam melimpah, harga turun drastis. Petani merugi dan harga anjlok di titik terendah. Kalau pemerintah hadir, seharusnya harga panen bisa stabil dan adil.

Penjajahan asing mungkin sudah lama berakhir. Pahitnya lagi, banyak penjajahan berkamuflase dan datang silih berganti dalam wujud berbeda.

Banyak sawah yang gagal panen, sekolah-sekolah rusak, dan hutan-hutan dirambah. Ekosistem alam rusak puluhan tahun dan dibiarkan begitu saja.

Di provinsi dengan sumber bawah tanah berpotensi, hasil alam digerus perlahan. Habitat alam terganggu, racun-racun kimia menyebar, sumber air berubah menjadi sumber bencana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline