Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Remaja dan Pengaruh Gim Online, Bagaimana Peran Orangtua?

Diperbarui: 15 Agustus 2024   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak bermain gim online (Sumber: Shutterstock via KOMPAS.com)

Saya sedang duduk di sebuah warung kopi (warkop) saat menulis ini. Di depan dan di belakang saya duduk sekelompok remaja yang terlelap dengan gim online. Umur mereka kemungkinan masih di bawah 20 tahun. 

Pemandangan seperti ini sering saya temukan di warkop yang menyediakan wifi. Tinggal pesan segelas minuman, lalu mulailah layar smartphone menyerap waktu para remaja ini berjam-jam.

Bagaimana kualitas manajemen waktu para remaja saat ini? mungkinkah mereka hidup tanpa smartphone?

Kalau boleh menilai dan memberi opini, maka jawabannya SULIT. Remaja yang sudah terbiasa dengan gim online sangat sulit melepas ikatan bersama smartphone. Mereka bahkan condong menghabiskan waktu di depan layar HP.

Boleh jadi, dalam sehari 8-10 jam waktu mereka terbuang sia-sia. Umur belasan tahun, namun tidak dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif. 

Diantara mereka malah ada yang memiliki 2-3 smartphone. Bayangkan betapa ruginya mereka karena puluhan jam sirna untuk hal yang tidak membawa dampak positif ketika dewasa.

Padahal, kinerja otak remaja ini sangat produktif untuk menyerap ilmu. 2-3 jam saja mereka mau belajar ilmu baru atau skil yang ingin didalami, dalam tiga tahun mereka sudah mahir.

Realitanya tidak seperti itu. Hampir mayoritas remaja di Indonesia terjebak dalam pusaran smartphone. Mereka seperti budak, sementara smartphone menjadi tuan yang selalu dituruti kemauannya.

Hidup tanpa smartphone sebenarnya mudah saja. Namun dari itu, perlu sebuah visi dan tujuan yang jelas. Lebih jelasnya tujuan hidup jauh kedepan dengan visi yang ingin dicapai.

Kenapa para remaja melampiaskan waktunya dengan smartphone?

Lihatlah lingkungan dimana mereka tinggal. Perhatikan kebiasaan orang tua mereka, lantas anda akan menemukan sebuah jawaban pasti.

Para remaja yang terbiasa akrab bersama smartphone umumnya dibesarkan tanpa tujuan hidup. Minimnya contoh dari dalam rumah membuat hidup mereka tidak terarah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline