Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Kegiatan MPLS dan Kecerdasan Emosional Anak Didik Baru

Diperbarui: 18 Juli 2024   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

empat kecerdasan|freepik.com

Psikolog membagi level kecerdasan ke dalam empat golongan, yakni:

  •  1) Intelligence Quotient (IQ) 
  • 2) Emotional Quotient (EQ) 
  • 3) Social Quotient (SQ) 
  • 4) Adversity Quotient (AQ) 

Keempat level tersebut saling terhubung dan memberi efek berbeda dalam konteks karir seseorang. Kita sering mendengar istilah IQ dalam keseharian. Sekolah umumnya mendidik siswa untuk memperoleh IQ tinggi.

IQ dipakai untuk memecahkan masalah berhubungan dengan angka atau semua yang berkaitan dengan ingatan. Sedangkan EQ lebih mengarah pada kemampuan mengontrol emosi, termasuk tanggung jawab, hubungan antar sesama, murah hati, dan apa adanya sebagai individu. 

Uniknya, orang dengan IQ tinggi tidak serta merta sukses. Mereka boleh saja bekerja dengan posisi tinggi di sebuah perusahaan, tapi biasanya kontribusi yang mereka berikan hanya berputar pada kemakmuran dirinya sendiri.

Nah, lain halnya dengan SQ yang condong pada kemampuan membangun jaringan pertemanan dan menjaganya dalam waktu relatif lama. Umumnya, walau tidak selamanya benar, rata-rata orang dengan SQ yang baik bukanlah mereka dengan IQ yang tinggi.

Di sekolah, siswa dengan SQ baik tidak terlalu perduli pada pelajaran. Mereka boleh jadi dicap sebagai siswa 'nakal' atau tidak serius belajar. Nilai mereka pas-pasan, tapi teman mereka banyak. Siswa dengan IQ tinggi tidak tertarik berteman dengan mereka, demikian sebaliknya. 

Lantas, bagaimana dengan AQ?

AQ adalah kemampuan individu mengatasi masalah dan mencari solusi menggunakan kecerdasannya. Orang dengan AQ yang baik tidak cepat menyerah dan mampu bertahan dalam masalah sampai berhasil memecahkannya. 

Kemampuan ini hampir tidak diajarkan di sekolah, kecuali dalam ekstrakurikuler. Padahal, AQ sangat penting untuk dibangun agar mampu bersaing dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kehidupan yang sulit.

Pendidikan kita hari ini menitikberatkan IQ sebagai landasan kesuksesan. Sementara dua hal terpenting, EQ dan SQ dikesampingkan. Murid-murid diajarkan untuk pandai berhitung, tapi tidak cerdas dalam bernalar. 

Kenyataan di lapangan, kita melihat bahwa orang dengan IQ tinggi bekerja untuk mereka dengan EQ dan SQ tinggi. Dengan kata lain, murid-murid cerdas yang dulunya begitu dibanggakan akhirnya bekerja sebagai bawahan murid-murid yang dulunya dianggap tidak cerdas karena bukan golongan peringkat teratas kelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline