Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Infinity Rate Race, Fenomena Kebahagiaan Semu Tak Berujung

Diperbarui: 16 Juli 2024   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebahagiaan semu|https://medium.com

We try to seek happiness primarily in money, then some things that happen in life make us miserable because the things we own end up owning us.[cited]

Dimana hakikat kebahagiaan sebenarnya, adakah ia melekat di uang atau pekerjaan mentereng?

Uang seringkali menjadi alasan kebahagiaan. Sayangnya, kasus bunuh diri juga paling sering terjadi di kalangan artis yang memiliki uang berlebih. Meletakkan uang sebagai indikator kebahagiaan sama seperti berpergiaan tanpa alamat, tak pernah sampai ke tempat.

Bahagia datang dari dalam diri seseorang, bukan karena faktor luar. Memang benar orang tersenyum ketika dompet sedang tebal atau masa gajian, tapi itu tidak bermakna mereka sedang bahagia.

Pun demikian, ada banyak orang yang tidak memiliki dompet karena tidak pernah bisa menyimpan uang. Faktanya, mereka jauh lebih bahagia. 

Hakikat kebahagiaan ada pada rasa syukur yang datang dari dalam diri kita masing-masing. Merasa cukup dengan apa yang kita miliki dan tidak membandingkan kualitas hidup kita dengan orang lain. 

Rasa bahagia bukan karena uang melimpah, melainkan pada hati yang selalu bersyukur. Untuk itu, jangan melekatkan rasa bahagia pada uang. Kadangkala, apa yang kita miliki akan memiliki kita.

Betapa banyak orang yang hidupnya diatur uang. Tidur tidak tenang, pikiran selalu cemas, dan khawatir kehilangan harta yang bergelimang. Mereka pada hakikatnya dimiliki oleh uang yang mereka simpan.

The things we own end up owning us

Jangan terlalu mengkhawatirkan hidup. Takdir sudah tertulis, cukup ikuti dengan ikhlas dan hati yang tulus. Biarkan segala sesuatu berjalan sesuai takdirnya. Ciptakan kebahagiaan dengan hati yang lapang, bukan dengan uang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline