Saat menulis artikel ini, saya sedang duduk di sebuah warung kopi (warkop). Di depan saya ada tujuh orang remaja yang masing-masing sedang memegang gawai sambil menikmati rokok.
Mereka tidak hanya membawa gawai, namun juga charger untuk mengecas gawai. Tidak sampai disitu, kipas angin kecil pun setia menemani mereka.
Semenjak game online mudah diakses, semakin banyak remaja yang menghabiskan waktu memegang gadget berjam-jam. Mereka menatap layar, memainkan jari, sesekali mengeluarkan kata-kata mutiara.
Para remaja usia sekolah mudah tenggelam dalam arus game online. Masa muda dengan begitu bnyak waktu kosong terbuang sia-sia. Jika saja mereka mau, ada banyak skil yang bisa dipelajari.
Kemajuan teknologi memang mempermudah segalanya. Tapi, ada harga yang harus dibayar. Waktu luang mudah hilang lenyap dalam aktivitas tanpa kualitas.
Usia muda tergantikan dengan masa depan kelam. Gawai acapkali menipu remaja. Konsep waktu berubah, tergadai oleh permainan yang melalaikan.
Bulan berganti tahun, predikat remaja berganti dewasa. Sayangnya, waktu yang dulunya berharga kini sirna ditelan usia. Lalu, masa depan seperti apa yang bisa mereka harapkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H