Ikan adalah salah 'tiga' sumber protein terbaik bagi tubuh. Tidak hanya itu, konsumsi ikan juga sangat penting sebagai sumber omega 3. Tulisan saya kali ini tidak untuk membahas manfaat ikan, tapi ingin melihat sisi lain dari perjalanan ikan.
Gambar yang saya tampilkan pada artikel ini adalah hasil jepretan pribadi ketika membeli ikan di sebuah pelabuhan. Di pelabuhan ini, para nelayan mengeluarkan hasil tangkapan terbaik mereka setelah berada 1-2 hari di tengah lautan.
Ikan-ikan dalam keranjang besar dijual dengan harga yang cukup murah. Berbagai macam ikan menarik perhatian pembeli, umumnya kaum ibu-ibu yang mengincar harga paling murah.
Ikan-ikan segar ini menjadi incaran para 'muge', sebuah sebutan untuk mereka yang kemudian menjual lagi ikan ke pasar-pasar di pinggir kota atau komplek perumahan warga.
Mereka yang datang kesini seringnya karena dua alasan. Pertama, ingin mendapat ikan tersegar. Kedua, berburu harga termurah dengan kuantitas besar.
Warung makan biasanya berburu ikan di tempat ini. Jelas mereka bisa berhemat sampai 25% jika dibandingkan membeli ikan di pasar ikan pinggiran kota.
Nah, jika beruntung datang di waktu yang tepat, harga ikan bisa berada di titik terendah. Misalnya, ketika hasil tangkapan berlimpah dan permintaan ikan menurun.
Saya pernah beberapa kali membeli ikan tuna kecil seharga 25 ribu/2 kilo. Harga segini tidak akan pernah berlaku di pasar ikan walaupun ikan sedang melimpah di tingkat nelayan.
Perjalanan ikan dari dalam laut sampai ke tangan nelayan memberi banyak pelajaran. Kita memang jarang menghargai usaha nelayan, terlebih ketika mereka harus melaut di tengah badai besar.
Nelayan-nelayan ini mencari nafkah untuk kemudian dibawa pulang ke rumah. Perjalanan menangkap ikan jelas tidak mudah jika dicermati dari sisi pembeli.
Pembeli ikan hanya fokus pada harga dan kerapkali tidak mengapresiasi usaha para nelayan. Menawar harga ikan di pasar adalah jurus andalan terbaik ibu-ibu.