Harga kebutuhan pokok sering mengalami kenaikan terlebih selama Ramadan. Tanpa perencanaan finansial, pos anggaran bisa jeblok dan defisit anggaran keluarga mudah saja menghantui kepala keluarga.
Saya ingin mengambil contoh sederhana. Kemarin ketika hendak membeli bahan untuk membuat kolak kolang-kaling, tanpa saya sadari uang yang semula merah berubah menjadi hijau.
Kemudian, mata saya tertuju pada pepaya seakan memanggil dari jauh untuk mendekati. Walhasil, sehabis membeli pepaya, cincau pun masuk plastik. Saya sama sekali tidak merencanakan anggaran belanja di awal, akhirnya keblalasan. Uang hijau pun luntur seketika.
Plot Anggaran Belanja
Dengan merencanakan anggaran belanja, sebenarnya kita sudah melakukan penghematan besar. Oleh sebab itu, plot anggaran belanja perlu dibuat jauh sebelum bulan Ramadan.
Kenapa ini penting?
Ya, yang namanya mata bisa khilaf kapan saja. Terlebih ketika melihat makanan dan minuman dijajakan di pinggir jalan. Dari yang awalnya tidak ada rencana, malah terlebi begitu saja.
Nah, terkadang apa yang sudah dibeli pun belum tentu diminum atau dimakan habis. Nafsu makan sebelum berbuka itu memang besar. Pingin ini itu, padahal pas berbuka sudah keburu kenyang dengan minuman.
Berbeda ketika anggaran sudah ditetapkan. Misalnya, untuk belanja keperluan dapur plot anggaran dipastikan berapa. Lalu, untuk beli takjil berbuka juga anggaran diplotkan dengan baik.
Tidak masalah jika ingin sesekali mencoba menu baru, tapi perlu dipertimbangkan esensinya bukan untuk sekedar mengikuti hawa nafsu.
Kalau saja semua plot anggaran sudah terukur, maka mudah untuk mengerem hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting. Semisal membeli sesuatu yang tidak masuk dalam daftar belanjaan.
Plot anggaran belanja adalah cara untuk mengatur keuangan lebih terperinci. Semua pos pengeluaran diatur sebaik mungkin dengan budget yang sudah disepakati kepala keluarga dan asisten rumah tangga (suami dan istri).