Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Belajar Makna Hidup dari Penjual Buah Keliling

Diperbarui: 22 November 2023   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual buah keliling | freepik

Beberapa kali mampir untuk membeli buah di sebuah sudut jalan, saya banyak belajar tentang makna kesederhanaan dan hakikat rejeki. Pedagang buah keliling yang saya tuliskan ini adalah pribadi yang baik dan ramah.

Setiap awal pagi ia sudah keluar rumah untuk belanja buah di sebuah pasar pinggiran kota. Dengan memakai motor tua yang sudah dimodifikasi dengan rak buah menempel disamping, ia hampir tidak pernah absen berjualan buah di sudut kota.

Pembeli yang mampir juga beragam, dari sesama penjual, abdi negara, bahkan tentara. Buah yang ia jual termasuk besar dari segi ukuran. Harganya sangat murah, dua ribu untuk sepotong buah dan lima ribu untuk lima potong buah. 

Bumbu buah disediakan dan boleh diambil sesuai kebutuhan tanpa biaya tambahan.  Buah nanas, semangka, pepaya, delima, sampai kesemak memenuhi rak buah.

Pernah suatu kali saya menyerahka uang besar tapi si penjual buah ini sedang tidak memiliki uang kembalian "besok aja, pak. kapan mampir lagi" begitu katanya tanpa takut kehilangan uang. 

Ya, inilah maknan kejujuran yang diajarkan olehnya dan hakikat rejeki yang tidak pernah dipikirkan. Kadangkala, orang yang pekerjaannya lebih pasti karena terjamin gaji dia awal bulan malah takut kehilangan uang.

Penjual buah tidak memiliki ukuran pasti uang yang dibawa pulang. Ketika hari panas, buah yang laku lebih banyak. Namun, saat hujan mengguyur, tidak banyak yang mampir membeli. Artinya, hanya sedikit keuntungan yang didapat.

Saya tidak pernah melihat wajah ketakutan darinya. Walaupun saat hujan datang, tetap saja ia berjualan dengan gaya yang sama. "Rejeki dari tuhan" ujarnya. Kadang rak buah masih terisi ketika hendak meninggalkan lokasi tempat berjualan. 

Kulit buah-buahan ia serahkan kepada masyarakat sekitar yang memelihara ternak sebagai umpan. Saya rasa, ia menyerahkan dengan ikhlas tanpa meminta uang sepeserpun.

Dari kebanyakan penjual buah, ia termasuk yang tidak perhitungan. Ukuran potongan buahnya selalu besar dan terjamin kualitas rasanya. Dari segi keuntungan, bisa saja ia memotong lebih kecil agar bisa menjual lebih banyak, tapi itu bukan sesuatu yang menggambarkan kepribadiannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline