A sedentary lifestyle is when someone spends six or more hours per day sitting or lying down, and they lack significant physical movement in their daily life. [cited, source: click here]
Disadari atau tidak, pola hidup saat ini sangat merugikan tubuh. Istilah sedentary lifestyle muncul ke permukaan seiring berkurangnya pergerakan manusia sehari-hari.
Walaupun pada sejarahnya, sedentary lifestyle pertama kali digunakan ketika pola hidup nomaden bergeser karena kemampuan bercocok tanam.
Khususnya pada konteks remaja dan anak muda, pola hidup malas gerak yang identik dengan panggilan mager sudah menjadi sebuah tren. Terlebih dengan ragam tontotan dalam genggaman smartphone, sedentary lifestyle bak racun manis.
Kenapa hari ini banyak anak muda yang begitu mudahnya terjangkiti penyakit?
Ada satu jawaban pasti, yaitu pola hidup. Gaya hidup dengan asupan makanan serta minuman tidak sehat dan kurangnya pergerakan menyebabkan tubuh kehilangan kemampuan untuk menjaga keseimbangan.
Sebut saja penyakit seperti diabetes, gagal ginjal, jantung, dan hepatitis bermuara pada dua hal ini. Asupan makanan cepat saji, minuman bergula dan jarang berjalan tidak dapat dipungkiri sebagai awal mula menumpuknya zat berbahaya dalam tubuh.
Tubuh manusia sejatinya dapat menetralisir benda asing yang dianggap merugikan atau mendatangkan bahaya. Namun dari itu, untuk mampu bekerja sebagaimana fungsinya masing-masing, organ-organ vital tubuh mestilah berada pada kondisi prima.
Jantung misalnya, sebagai organ sakral yang memompa darah setiap detiknya, memerlukan kerjasama pemilik tubuh untuk bekerja optimal. Aktif bergerak dan menjaga makanan adalah dua yang seharusnya dilakukan setiap hari.
Bagaimana mungkin organ yang sangat penting ini bekerja maksimal jika makanan yang masuk ke dalam tubuh berupa sampah? Contohnya, minuman dengan rasa manis berlebih, minuman soda, alkohol dan makanan cepat saji.