Sejarah mencatat, 8 Agustus 1967 adalah momen terciptanya persatuan kawasan Asia Tenggara yang damai, aman, stabil dan sejahtera. Nilai-nilai ini tanpa kita sadari telah berhasil memoles wajah Asia pada kancah internasional.
Ekonomi ASEAN juga berperan penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dunia. Dengan total penduduk ASEAN 650 juta jiwa dan Gross Domestic Product (GDP) setara 2.8 milyar dolar, perputaran uang di Asia Tenggara dapat menjamin kesejahteraan penduduk dalam skala global.
Sektor pertanian, peternakan, dan perikanan kawasan Asia Tenggara menyumbang GDP tidak sedikit bagi keberlangsungan ekonomi. Meskipun demikian, ASEAN memiliki komitmen jangka panjang untuk membangun koneksi dalam sebuah sinergi kerjasama ekonomi.
Bank Indonesia melalui sistem QR Cross-border telah membuka jembatan transaksi antar negara ASEAN dalam hal barang maupun jasa. Melalui QR code, efisiensi transaksi tercipta dan digitalisasi perdagangan terjalin dengan mudah.
Kenapa ASEAN harus terhubung via sistem pembayaran nontunai?
Perkembangan teknologi saat ini telah memungkinkan pertukaran uang lebih cepat secara nontunai. Artinya, mekanisme perdagangan sudah mampu dilakukan tanpa sekat pemisah.
Dengan kehadiran sistem pembayaran QR, transaksi uang elektronik akan terasa cepat dan akurat. Bukan hanya itu, perputaran uang antar negara akan lebih terasa aman tanpa harus khawatir.
Nah, turis antara negara Asia nantinya bisa saling berbelanja dengan mata uang lokal negara masing-masing tanpa harus singgah ke money changer lagi. Bukankah ini bermakna lebih aman dan nyaman bagi kedua belah pihak?
Mendorong Transaksi UMKM
Bank Indonesia juga mensinyalir akan terjadi peningkatan transaksi Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM). Hal ini bukan tanpa alasan tentunya, turis asing yang berbelanja di toko Indonesia dapat mengaplikasikan pembayaran lintas negara dengan sistem QR Cross-border.