Selama empat tahun mengajar di kampus, saya membimbing sedikitnya enam skripsi mahasiswa dengan latar belakang berbeda. Saya mempelajari karakter, latar belakang, dan motivasi setiap mahasiswa bimbingan.
Dari pengalaman membimbing skripsi tersebut, setidaknya saya bisa menemukan sebuah rumus penyelesaian skripsi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cepat tidaknya seorang mahasiswa mampu menyelesaikan skripsi.
Diantaranya, pemahaman tentang metodologi penelitian dasar, pengetahuan tentang topik yang ingin diteliti, dan motivasi untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu.
Mahasiswa dengan latar belakang pengetahuan yang baik bisa lebih mudah menemukan topik yang ingin diteliti. Namun, tanpa pemahaman metodologi penelitian yang cukup, arah penelitian bisa saja salah.
Misalnya, antara penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki instrumen penelitian yang berbeda tergantung pada pertanyaan penelitian.
Yang paling sering saya temui di kampus, banyak mahasiswa yang tidak memahami bagaimana menentukan arah penelitian. Akibatnya, mereka sekedar mengikuti skripsi para senior.
Sudah bisa ditebak, saat sidang proposal mereka kewalahan menjawab pertanyaan. Ada juga yang proposal judulnya diterima dan mendapatkan SK bimbingan. Lalu, saat bimbingan awal, baru ketahuan bahwa judulnya hanya ikut-ikutan saja tanpa dasar yang jelas.
Nah, permasalahan seperti ini sangat sering terjadi sejauh pengamatan saya. Dua alasan yang mendasari yaitu: pengetahuan metodologi penelitian kurang dipahami dan beberapa mahasiswa 'diloloskan' saat sidang proposal.
Lalu, siapa yang kemudian harus bertanggung jawab?
Bagi saya, amanah membimbing mahasiswa adalah sebuah kepercayaan. Makanya, setiap mahasiswa di bawah bimbangan saya akan saya arahkan untuk terlebih dahulu memahami metodologi peelitian dengan benar.