Arus urbanisasi setiap tahunnya semakin meninggi, haruskah pendatang punya ketrampilan?
Keputusan untuk merantau sebaiknya dibarengi dengan keahlian yang dibutuhkan. Setidaknya, ketrampilan sederhana seperti memasak harus dikuasai.
Kota besar sarat dengan sarang pekerjaan dan kejahatan. Kesempatan berkarir di kota besar memang menjanjikan. Apalagi, banyak perantau yang sukses pulang ke kampung halaman membawa harta dan cerita sukacita.
Bukti nyata seperti ini mudah untuk memicu hasrat merantau. Jika bukan karena desakan, baik itu dari sekelompok orang atau kerabat, merantau jarang menjadi pilihan anak muda. Faktor ekonomi tentu saja menjadi pendorong.
Kesempatan untuk bekerja di kota besar jelas lebih terbuka dibandingkan pedesaan. Jumlah lowongan kerja yang banyak dibarengi dengan karir menjanjikan sulit untuk dihindari.
Sayangnya, tidak semua orang siap bertempur melawan arus urbanisasi yang ganas. Sebagian yang berhasil harus berjuang hidup di kota besar dengan segala keterbatasan pada awalnya.
Sebagian lain yang ikut-ikutan harus menanggung beban mental dan ekonomi. Tanpa tabungan yang cukup, hidup di kota besar bisa membuat mimpi berantakan.
Mereka yang bermental baja dan siap menghadapi kebisingan kota besar kemungkinan akan bertahan dan sukses. Dukungan dari keluarga dan kerabat dekat sedikit kurang bisa menyemangati dikala sedang tertekan dan terpuruk.
Pola hidup di kota besar jelas tidak bisa disamakan dengan gaya hidup di kota kecil atau pedesaaan. Kesabaran dan ketekunan menjadi modal awal yang wajib dimiliki bagi pendatang.
Walaupun saya secara pribadi tidak pernah bekerja di kota besar, tapi pengalaman mengurus VISA selama dua minggu di Jakarta sudah cukup menggambarkan makna kehidupan.