Menulis untuk mengisi waktu di bulan ramadan menghadirkan banyak manfaat. Selain sebagai refleksi, menulis juga bisa menjadi ladang amal selama bulan puasa.
Ya, mungkin saja dari apa yang kita tulis ada yang bisa mengambil manfaatnya. Walaupun sekedar berbagi ilmu, informasi atau pengalaman, sebuah tulisan tetap saja mengandung banyak manfaat.
Disisi seorang penulis, kegiatan menulis di bulan ramadan menjadi kebiasaan yang positif. Ya, terkadang terdapat banyak hikmah selama bulan puasa dari observasi lapangan, membaca buku, membaca tulisan orang lain, yang pasti bukan membaca spanduk di jalan. hehe.
Ilmu yang bermanfaat pastinya memberi kebaikan bagi si penulis itu sendiri. Siapa tahu, sebuah artikel simpel bisa berakhir di tangan yang tepat.
Nasib kan tidak ada yang bisa menebak. Bagaimana jika tulisan yang kita bagikan menjadi sumber inspirasi bagi orang banyak. Tentu saja kebaikan akan kembali kepada penulis.
Dengan menulis, kita juga memicu kreatifitas otak untuk merangkai kata. Otak yang aktif dipakai akan berfusngsi dengan baik ketimbang otak yang jarang diarahkan untuk berpikir.
Saat menulis, pikiran mulai melakukan aktivitas mengaitkan satu informasi dan lainnya. Dengan cara ini otak jauh lebih tajam dibandingkan mereka yang malas berpikir.
Apalagi, saat berpuasa perut dalam keadaan kosong. Hasilnya pasti lebih maksimal. Otak bekerja lebih baik saat lapar. Tidak percaya? cobalah menulis saat kenyang dan lihatlah hasilnya.
Makanya, perbanyaklah menulis ketika lapar. Pada hakikatnya, lapar itu sebuah kenikmatan berwujud kesehatan. Orang lapar itu jauh lebih kreatif daripada orang yang selalu kenyang.
Anda tidak percaya? coba lemparkan seember air pada orang yang sedang lapar, kemudian berdirilah disana sekitar 10 menit. Anda akan melihat hasilnya dalam 5 menit.