"The commodity is the thing your customer actually walks out with in his hand. The product is what your customer feels as he walks out of your business."
Kutipan di atas saya peroleh dari sebuah buku berjudul The E-Myth Revisited: Why Most Small Businesses Don't Work and What to Do About It, ditulis oleh Michael E. Gerber.
Antara komoditas dan produk terdapat perbedaan. Komoditas adalah sesuatu yang dibeli sedangkan produk adalah apa yang dirasakan oleh pembeli. Ringkasnya, komoditas berbentuk benda, namun produk hadir dalam perasaan.
Saat pelaku bisnis tidak mampu membedakan antara keduanya, bisnis akan condong berjalan pada tempatnya. Perasaan yang hadir dari sebuah produk memberi sensasi yang memikat dan seringkali sulit dilupakan.
Dari sebuah barang yang dibeli akan muncul sebuah kesan. Pada dasarnya, keinginan untuk membeli sebuah benda sering muncul dari dorongan keinginan memiliki.
Meskipun demikian, saat benda itu dimiliki belum tentu hasrat membeli yang lain sirna. Kadangkala, perasaan yang hinggap dari sebuah produk memberi kesan berbeda.
Ambil contoh seperti smartphone yang menawarkan berbagai fitur. Apa yang sebenarnya dicari pembeli, keunggulan produk atau harga yang murah?
Soal harga memang menjadi pertimbangan bagi sebagian orang. Kalau ada yang murah, kenapa harus membeli yang mahal. Itu betul!
Disisi lain, banyak pembeli yang fokus pada merek ternama. Disana ada kesan dan pesan yang sebenarnya mereka cari. Perasaan yang muncul dari sebuah produk sangatlah penting.
Kesan yang diberikan oleh sebuah produk
Pada intinya, transaksi bisnis haruslah meninggalkan nilai tukar. Misalnya, jika kita membeli smartphone seharga lima juta, apa yang bakal diperoleh?
Artinya, sebuah bisnis seperti smartphone tidak melulu fokus pada kelebihan antar produk. Lebih dari itu, apakah ada sensasi perasaan yang akan diterima pembeli atau pelanggan.