Lihat ke Halaman Asli

Masykur Mahmud

TERVERIFIKASI

A runner, an avid reader and a writer.

Awas! Kecanduan Memegang Gadget, Otak Anak bisa Lelet

Diperbarui: 27 Februari 2023   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecanduan memegang gadget|freepik.com

Otak sebagai center of command memiliki peran penting dalam segala hal. Membiarkan anak lelap dengan gadget akan memberi efek buruk pada performa otak.

Bagian otak seperti hippocampus punya andil besar dalam hal menyimpan informasi. Kemampuan untuk menyimpan dan mengakses informasi akan memudahkan anak dalam segala aspek.

Selain faktor makanan, kemampuan otak bekerja maksimal juga dipengarungi dengan kebiasaan. Kecenderungan membiarkan anak dengan gadget secara tidak langsung menjadikan anak malas bergerak. 

Otak bisa optimal karena faktor eksternal, hal kecil seperti bergerak sangat membantu otak untuk aktif berkerja. Jika kita jeli melihat, anak di bawah satu tahun, harus merangkak sebelum mampu berjalan. 

Tentu saja ini bukan tanpa alasan. Pergerakan dengan merangkak sangat berdampak pada pekembangan otak. Makanya, ketika anak merangkak sebenarnya ada proses yang melibatkan otak disana. 

Kadang, orang tua tidak memahami akan makna setiap tumbuh kembang anak. Tidak heran, ada anak yang terkurung dan bahkan dibiarkan terlelap dengan gadget. Akhirnya, anak terbiasa tanpa bergerak, keliatan pandai tapi perkembangan otaknya terganggu.

Otak terus berkembang sampai dewasa. Pada masa kanak-kanak, sejatinya otak anak berkerja maksimal. Sayangnya, banyak anak yang berada pada lingkungan tidak sehat.

Bukan karena faktor makanannya, tapi kurangnya stimulasi otak dari aktivitas bergerak. Anak-anak yang seyogyanya aktif bermain di luar, kini hidup dalam "penjara" rumah.

Orang tua malah ada yang dengan sengaja membiarkan anak memegang gadget berjam-jam. Akibatnya, regulasi emosi anak terganggu. Anak bisa cepat marah, mudah mengamuk, dan yang lebih parahnya lagi bermental tempe. 

Sedikit kemauan tidak ditepati, anak tantrum. Emosi tidak terkotrol. Lalu, orang tua menganggap itu biasa saja. "Namanya juga anak-anak" begitulah pernyataan yang sering keluar. 

Nyatanya, secara tidak disadari, koneksi informasi dalam otak anak terjadi gangguan. Lama kelamaan, seiring waktu berlalu, kemampuan berlogika juga berkurang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline